Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Sudah Empat Hari Tak Produksi, Produsen Tahu Rumahkan Karyawan

Sejumlah produsen tahu di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terpaksa mogok produksi dipicu harga kedelai yang terus mengalami kenaikan sejak akhir 2020.

4 Januari 2021 | 12.57 WIB

Suasana pabrik produksi tahu yang sepi akibat mogok kerja di Kawasan Mampang, Jakarta, Sabtu, 2 Januari 2021. Sekitar 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tergabung Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta menghentikan sementara proses produksi pada 1 hingga 3 Januari 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Suasana pabrik produksi tahu yang sepi akibat mogok kerja di Kawasan Mampang, Jakarta, Sabtu, 2 Januari 2021. Sekitar 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tergabung Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta menghentikan sementara proses produksi pada 1 hingga 3 Januari 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, CIREBON - Sejumlah produsen tahu di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terpaksa mogok produksi dipicu harga kedelai yang terus mengalami kenaikan sejak akhir 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Di Desa Wanasaba Kidul, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Senin 4 Januari 2021, sejumlah tempat produksi tahu tampak tidak terlihat adanya aktivitas produksi. Beberapa tempat tampak ditutup oleh pemiliknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Rusman, salah seorang produsen tahu mengatakan, aksi mogok produksinya itu sudah dilakukan selama empat hari, lantaran harga kacang kedelai yang dijual di Kabupaten Cirebon kini sudah menembus angka Rp9.000 per kilogram.

"Terus naik, dari awal Desember itu Rp7 ribu. Seminggu kemudian terus naik sampai sekarang. Puncaknya minggu lalu," kata Rusman di Kabupaten Cirebon, Senin 4 Januari 2021.

Awalnya Rusman tidak mengeluhkan adanya kenaikan tersebut, karena bisa menaikkan harga tahu. Namun, beberapa pengecer enggan menampung dengan harga lebih tinggi.

Selama empat hari berhenti produksi, kata Rusman, ia mengaku kehilangan omzet hingga Rp12 juta. Ratusan buah tahu yang diproduksi pun terpaksa dibuang karena sudah dalam kondisi rusak.

"Saya juga merumahkan sementara tiga karyawan. Mau bagaimana lagi. Produksi nanti dilakukan setelah harga kembali normal," katanya.

Perajin tahu lainnya, Kusnadi mengatakan, kedelai yang digunakan untuk produksi tahu berasal dari Amerika Serikat. Harganya pun lebih murah dibandingkan kedelai lokal.

Selain lebih mahal, kata pria berusia 49 tahun ini, kedelai lokal pun tidak cocok diolah menjadi tahu.

"Sepertinya akan terus mogok sampai harga normal atau ada upaya lain dari pemerintah, sehingga tidak merugikan para pembuat tahu di Cirebon," katanya.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto, mengatakan, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia adalah lonjakan permintaan kedelai dari China kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia. Pada Desember 2020 permintaan kedelai China naik dua kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus