Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan perangkat lunak blockchain dan web3 di balik MetaMask, Consensys, telah mengumumkan hasil survei terbarunya soal kepercayaan terhadap bank tradisional, keamanan, dan mata uang kripto di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sigi yang dikerjakan bersama YouGov itu menemukan adanya kepercayaan masyarakat yang menurun terhadap institusi keuangan seperti bank, layanan pinjaman, dan investasi, serta layanan internet di Indonesia. Kepercayaan terhadap institusi keuangan ini turun 14 persen dari 80 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Artinya, ada 66 persen masyarakat yang saat ini masih percaya dan menganggap institusi keuangan ini penting. “Temuan ini menunjukkan adanya indikasi pergeseran kepercayaan masyarakat dari sistem tersentralisasi, membuka peluang bagi alternatif desentralisasi untuk mendapatkan perhatian pasar jika mereka mampu mengatasi kekhawatiran tentang keamanan,” kata Co-Founder Ethereum dan Founder sekaligus CEO Consensys Joseph Lubin dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu, 14 Desember 2024.
Selain itu, survei ini juga menyoroti keamanan terkait mata uang kripto di Indonesia. Meskipun terdapat penurunan sebesar 3 persen dibandingkan tahun lalu, Indonesia tetap menjadi negara paling sadar akan keamanan di Asia. Hasil sigi ini menemukan ada 89 persen responden sangat memperhatikan keamanan transaksi dan investasi mata uang kripto.
“Fokus ini menegaskan pentingnya upaya berkelanjutan untuk mengatasi kekhawatiran ini dan membangun kepercayaan terhadap sistem desentralisasi,” kata Lubin.
Sementara itu, kesadaran publik terhadap mata uang kripto di Indonesia naik 4 persen pada 2024 dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini menempatkan Indonesia di posisi kedua atau tertinggi di Asia bersama Korea Selatan, setelah Turki. Meskipun kesadaran meningkat, ada 63 persen responden mengakui bahwa mereka belum sepenuhnya memahami konsep mata uang kripto.
Joseph Lubin mengatakan setiap tahun perusahannya menemukan adanya tren positif untuk pertumbuhan dan adopsi kripto, web3, dan blockchain. Dia menyebut pada 2024 ini menjadi monumental bagi kripto karena Pemilu Amerika Serikat dimenangi Donald Trump.
“Pemilu presiden AS baru-baru ini, misalnya, dapat mengarah pada kejelasan regulasi lebih lanjut. Saat dunia merangkul potensi desentralisasi dan kripto, industri ini siap mendukung dan memberdayakan gelombang pengguna berikutnya melalui pendidikan dan inovasi sambil menyelesaikan beberapa tantangan paling kompleks di dunia,” kata Lubin.
Lubin mengatakan kondisi ini perlu disikapi dengan pemberdayaan masyarakat tentang mata uang kripto. Selain itu, langkah ini juga akan bisa meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dalam menghadapi era digital.
“Hal ini menunjukkan perlunya pemberdayaan masyarakat Indonesia melalui pendidikan yang sederhana dan mudah diakses,” kata dia.
Survei ini merupakan lanjutan dari periode 2023 dengan memperluas cakupan responden. Sigi ini juga melibatkan lebih dari 18.000 responden berusia 18-65 tahun dari 18 negara di Afrika, Amerika, Asia, dan Eropa. Di Indonesia, ada 1.041 responden berusia 18-65 tahun.
Pilihan Editor: Harga Emas Antam Stabil di Rp 1,517 Juta per Gram