Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Perlahan Digeser Baterai Alternatif

Baterai kendaraan listrik berbasis besi mulai menggeser dominasi baterai berbasis nikel. Ekosistem baterai nikel terancam.   

7 November 2023 | 00.00 WIB

Pameran kendaraan listrik Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, 17 Mei 2023. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Pameran kendaraan listrik Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, 17 Mei 2023. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Popularitas baterai LFP terus meningkat karena harganya murah.

  • Indonesia dinilai terlambat menyiapkan teknologi baterai kendaraan listrik alternatif.

  • Pemerintah menyebutkan baterai NMC belum tergantikan untuk segmen mobil tertentu.

JAKARTA – Penjualan produk turunan nikel Indonesia untuk bahan baku baterai kendaraan listrik terancam tergerus oleh bahan baku alternatif. Pada saat pengembangan ekosistem baterai berbasis nikel baru bergeliat di Tanah Air, sebagian produsen kendaraan listrik ataupun baterai kendaraan listrik justru mulai memakai baterai berbasis besi alias lithium ferro phosphate (LFP).

Direktur Utama PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus mengatakan popularitas LFP terus meningkat karena harganya yang miring. “Baterai kendaraan listrik dari nikel lebih mahal 40 persen. Tapi pasarnya tetap bisa kami pertahankan,” ujarnya kepada Tempo, kemarin. IMIP adalah kawasan industri pengolahan nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. 

International Energy Agency, melalui laporan berjudul Global Supply Chains of EV Batteries yang diterbitkan pada Juli 2022, memperkirakan permintaan baterai kendaraan listrik dunia menembus 3.500 gigawatt-jam pada 2030. Untuk mengantisipasi permintaan yang tinggi itu dibutuhkan eksplorasi dari 60 tambang nikel secara global dengan rata-rata volume produksi 38 ribu ton per tahun. 

Baterai berbasis nikel, mangan, dan kobalt (NMC) sempat menjadi sumber tenaga kendaraan listrik yang paling populer karena keunggulan densitas atau kecepatan pengantar dayanya. Sebagai pemilik 23 persen cadangan nikel di dunia, Indonesia turut menjadi pengembang NMC.

Seiring dengan berjalannya waktu, kata Alexander, teknologi baterai berbahan baku selain nikel berkembang. Produk yang akhir-akhir ini menjadi penantang utama baterai berbasis nikel adalah LFP. “Banyak yang menganggap besi paling cocok menjadi alternatif baterai berbasis nikel,” ujarnya. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Yohanes Paskalis

Mulai ditempa di Tempo sebagai calon reporter sejak Agustus 2015. Berpengalaman menulis isu ekonomi, nasional, dan metropolitan di Tempo.co, sebelum bertugas di desk Ekonomi dan Bisnis Koran Tempo sejak Desember 2017. Selain artikel reguler, turut mengisi rubrik cerita bisnis rintisan atau startup yang terbit pada edisi akhir pekan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus