Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Brand produk kegiatan luar ruang Eiger sempat viral di media sosial. Hal ini setelah akun Twitter @kegoblokan.unfaedah mengunggah postingan yang menunjukkan bahwa ada label "Made in China' dalam produk Eiger.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PT Eigerindo MPI pun buka suara. PR Executive Eiger, Shulhan Syamsur Rijal, tidak menampik hal tersebut. Shulhan mengakui bahwa produk yang disebut dibuat di Cina itu memang produk orisinal milik perusahaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami memang menyediakan produk kegiatan luar ruang yang berasal dari berbagai pemasok. Tapi prioritas pemasok tetap dari dalam negeri," kata Shulhan dalam keterangan tertulis, Selasa, 2 Mei 2023.
Lantas, seperti apa profil, sejarah, dan harga produk yang berlabel Made in China dari brand tersebut?
Profil Eiger
Eiger merupakan produk asli Indonesia yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan informasi dari laman resminya, Eiger pertama kali diluncurkan pada 1989 sebagai produk untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan dan peralatan bagi gaya hidup dan para penggiat alam terbuka.
Nama Eiger terinspirasi dari Gunung Eiger di Bernese Alps, Swiss, yang menjadi salah satu gunung tersulit untuk didaki. Saat ini Eiger menyediakan tiga kategori produk utama. Pertama, Mountaineering yang berorientasi pada kegiatan pendakian gunung. Kedua, Riding yang berfokus pada penjelajahan sepeda motor.
Terakhir, Authentic 1989 yang diinspirasi dari gaya klasik para pecinta kegiatan petualangan alam terbuka yang diwujudkan dalam desain yang kasual dan stylish.
Eiger memiliki visi untuk menjadi perusahaan yang memberkati di dalam bisnis gaya hidup. Sedangkan misinya, yakni dengan semangat terhadap keberlanjutan, Eiger menyajikan kepuasan yang penuh pengalaman bagi pelanggan dalam bisnis gaya hidup.
Mengacu pada visi misi tersebut, Eiger mengaku tidak hanya memberikan kontribusi pada kegiatan luar ruang. Namun, turut memberikan perhatian terhadap kelestarian lingkungan untuk mewujudkan misi yang meliputi aspek education, inspiration, greenlife, expedition, dan responsibility.
Hingga kini, Eiger memiliki jaringan distribusi di seluruh wilayah Tanah Air dan bakal memperluas jangkauannya hingga mancanegara.
Sejarah Eiger
Awal mula Eiger dimulai dari Ronny Lukito yang berusaha mengembangkan usaha toko tas milik ayahnya yang berada di sebuah rumah kecil di daerah Gang Thamrin, Bandung. Pada awalnya, laki-laki lulusan Sekolah Teknik Mesin (STM) ini mulai memproduksi tas dengan nama Butterfly. Nama ini diambil dari merek mesin jahit yang digunakannya waktu itu.
Untuk melancarkan usahanya, Ronny akhirnya membeli dua buah mesin jahit, peralatan, dan bahan baku pembuatan tas dengan modal kurang dari Rp 1 juta. Pada 1979, dia pun mengubah nama produknya menjadi Exxon. Sayangnya, nama ini digugat oleh perusahaan Exxon Oil Amerika Serikat. Akhirnya nama produknya diubah menjadi Export yang merupakan singkatan dari Exxon Sport.
Pada 1989, nama Eiger dicetuskan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan para pencinta alam. Tak disangka, nama ini membuat usaha Ronny berkembang dengan pesat. Dari usaha berskala rumahan, Ronny berhasil membeli tanah di kawasan Kopo, Kota Bandung, seluas 6.000 meter untuk menjadi pabrik Eiger. Usaha perlengkapan outdoor ini terus berkembang hingga mampu membuka EST Store di Jalan Sumatra dan Outlive store di Jalan Setiabudi, Kota Bandung.
Merasa cukup sukses, Ronny berinvestasi di bidang properti dengan mengambil pinjaman dari bank. Sayangnya, perhitungan ini meleset karena terjadi krisis moneter pada 1998. Kesalahan ini membuat aset pabrik Eiger disita dan Ronny harus melunasi hutang di bank sebesar Rp 4,5 miliar. Pada 2003, bos Eiger tersebut mampu melewati masa sulit itu tanpa kehilangan aset.
Kini Eiger telah menghasilkan berbagai brand berkualitas, seperti Export, Bodypack, dan Outlive. Bahkan, saat ini Eiger sudah memiliki lebih dari 250 gerai fisik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Harga barang yang masih diimpor Eiger
Dalam laman resminya, Eiger menawarkan sejumlah jam tangan yang disebut Shulhan masih diimpor. Jam tangan Eiger ini dibanderol mulai dari Rp 359 ribu hingga Rp 950 ribu. Misalnya saja, jam tangan Eiger LCD Watch 1.0 dihargai Rp 359.100. Sementara harga tertinggi ditempati Eiger Hydra-RCW Watch dengan harga Rp 953.100.
Sedangkan untuk carabiner, Eiger membanderolnya mulai dari harga Rp 26 ribu hingga Rp 197 ribu. Untuk carabiner seharga Rp 26.100 merupakan produk aksesori yang hanya dapat digunakan sebagai gantungan kunci.
Sementara carabiner untuk keperluan pendakian tersedia tipe A2552 AL D Hook Wscres N seharga Rp 161.100 dan A2448-S Screw Gate AL SAF seharga Rp 179.100.
RIRI RAHAYU | RADEN PUTRI | ANDRY TRIYANTO