Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusra buka suara menanggapi cerita Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia atau PSI Sigit Widodo yang harus membayar mahal pesanan makanannya di salah satu rumah makan di Rest Area KM 86A Tol Cipali akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Maulana menjelaskan, ketentuan harga makanan di restoran berbeda dengan tiket pesawat atau memesan kamar hotel. “Sebenarnya begini, jika di restoran itu kita kan tahu harga itu adalah flat rate. Jadi enggak mungkin ada terjadi perubahan apapun kecuali tax and sevice-nya saja,” ujar Maulana ketika dihubungi, pada Senin, 24 April 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut dia, harga makanan di restoran berbeda dengan tiket pesawat dan kamar hotel yang menggunakan dynamic rate, harga bisa berubah dengan cepat. Peningkatan harga tiket pesawat dan kamar hotel itu menuju ke publish rate, dan bisa jadi harganya berubah tiap hari.
“Jadi kalau yang seperti ini (kejadian restoran di rest area), memang murni kesalahannya ada di pihak restoran itu pasti,” kata Maulana.
Dia menuturkan bahwa restoran tidak boleh menaikan harga secara semena-mena ketika permintaan pelanggan tinggi seperti momen mudik Lebaran. Karena, Maulana berujar, hal itu sudah pasti merugikan konsumen.
“Kalau restoran kan enggak punya itu (dynamic rate seperti tiket pesawat). Enggak boleh, konsep harganya enggak bisa seperti itu,” tutur Maulana.
Menurut Maulana, peristiwa yang dialami Sigit itu biasanya terjadi pada kelompok pedagang kecil atau pedagang kaki lima (PKL) di daerah-daerah dengan destinasi wisata yang ramai. “Itu yang sering menaikkan harga, minuman, makanan, karena orang lagi ramai.” Seharusnya, jika restoran tersebut betul-betul dikelola secara profesional, kenaikan harga jual mendadak tak dilakukan.
Selanjutnya: Juru Bicara PSI, Sigit Widodo, sebelumnya curhat...
Sebelumnya, Juru Bicara PSI, Sigit Widodo, curhat soal hal yang tidak mengenakkan saat melakukan perjalanan mudik Lebaran 2023. Dia menjadi korban yang dithuthuk atau dipaksa membayar dengan harga mahal saat makan di salah satu rumah makan di rest area KM 86A Tol Cipali.
“Buat yang sedang istirahat di rest area KM 86A Cipali dan ingin ngirit, saya sarankan jangan makan di sini,” cuit Sigit melalui akun Twitter pribadinya @sigitwid , sambil mengunggah gambar papan nama RM Hadea pada Sabtu, 22 April 2023 lalu. Tempo dizinkan mengutip cuitan yang berkembang viral tersebut.
Sigit mengatakan bahwa dia membeli dua posi nasi ayam dan teh dalam kemasan dengan harga Rp 155 ribu. “Dan penjualnya ngotot dibayar setelah makan.” Namun, dia berujar, jika pelanggan sedang ingin beramal, boleh saja untuk makan di tempat makan tersebut.
Dari hitungan Sigit, kalaupun pengelola tempat makan mematok harga lebih mahal dari standar ayam goreng yang dijual oleh pebisnis franchise, total harga yang dikenakan ke pelanggan seharusnya hanya sekitar Rp 116 ribu. Bila harga jual ditambah dengan PPN 11 persen, maka total harga yang harus dibayar pelanggan maksimal menjadi Rp 118,2 ribu.
Belakangan, orang yang diduga salah satu pekerja atau pemilik RM Hadea itu menanggapi cuitan Sigit. Akun bernama @devinur098 itu menyampaikan permohonan maaf.
Pilihan Editor: Kronologi Politikus PSI Curhat Harus Bayar 2 Porsi Nasi Ayam Rp 155 Ribu di Rest Area Tol Cipali Saat Mudik
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini