Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Wamenperin Minta Boeing Bangun Pabrik dan Pusat Pelatihan Penerbangan di Indonesia

Wamenperin mendorong Boeing memperluas kolaborasi dengan pemerintah.

26 Januari 2025 | 20.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-800 NG dengan tema Pikachu Pokemon. garuda-indonesia.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza meminta perusahaan kedirgantaraan asal Amerika Serikat, Boeing, membangun pabrik komponen di Indonesia. Permintaan itu disampaikan Faisol kala menjamu perwakilan Boeing di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Jakarta, Kamis 23 Januari 2025 lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Faisol Riza menjelaskan, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi besar di industri dirgantara. Pasalnya, saat ini ada kebutuhan untuk mengatasi masalah konektivitas dan rantai pasok (supply chain).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karena itu, Wamenperin mendorong Boeing memperluas kolaborasi dengan pemerintah. Perluasan itu mencakup pemberian lisensi untuk industri Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) pesawat terbang dan pembangunan pusat pelatihan penerbangan di Indonesia.

“Indonesia punya GMF AeroAsia dan Batam AeroTechnic yang membutuhkan peningkatan kapabilitas untuk mengembangkan ekosistem industrinya. Boeing dapat mendukung dengan memberikan lisensi ke MRO kami,” ujar Faisol Riza dalam keterangan resmi yang diterima Tempo, Ahad, 26 Januari 2025.

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengatakan, Indonesia saat ini membutuhkan pusat pelatihan penerbangan sebagaimana yang dilakukan Boeing di India. Ihwal lokasi, ia menyebut kawasan industri di Batam dan Bintan bisa menjadi opsi karena cukup strategis.

Industri MRO Indonesia melalui GMF AeroAsia dan Batam AeroTechnic, ujar Faisal, membuktikan Indonesia mampu menjadi pemain di sektor perawatan pesawat. Tapi karena keterbatasan suku cadang, sebagian besar pesawat komersial masih melakukan perawatan di luar negeri.

“Karena itu, guna meningkatkan kapabilitas industri MRO, kami menilai perlu adanya tindak lanjut dengan melakukan kerja sama antara Kemenperin dan Boeing dalam bentuk MoU,” ujar Faisol Riza.

Dari MoU ini, Faisol Riza berharap kolaborasi dengan Boeing bisa semakin luas, mulai dari transfer knowledge dan penerimaan tenaga magang, dan asistensi kepada MRO Indonesia dalam meningkatkan kualitas komponen dan sumber daya manusia.

“Di sektor MRO, memang isunya beberapa komponen dan suku cadang harus diimpor dari Amerika Serikat. Nah, apakah ini nantinya bisa diproduksi di Indonesia saja dengan melibatkan industri-industri dalam negeri,” ujar Faisol Riza.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Setia Diarta menambahkan, pemerintah mendorong Boeing mendukung upaya penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Hal ini bertujuan menekan emisi karbon di industri penerbangan.

Saat ini, peralihan penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar berbasis energi hijau (green energy) untuk pesawat terbang masih menjadi tantangan. “Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon di sektor transportasi udara, dan butuh support Boeing untuk mewujudkan komitmen ini,” ujar Setia Darta.

Sedangkan President of Boeing Southeast Asia Penny Burtt menyatakan, Boeing berkomitmen meningkatkan kolaborasi di sektor penerbangan komersial. Komitmen ini bermodalkan pengalaman selama 75 tahun hadir di Indonesia.

"Kami juga berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama tersebut dengan perusahaan Indonesia dalam meningkatkan kapabilitas dan membawa mereka menjadi penyedia komponen Boeing global,” kata Penny, dikutip dari siaran pers Kemenperin.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus