Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mohamed Hamdy Boshta berpose dengan dua ekor kalajengking pada wajahnya, di Kairo, Mesir, 6 Desember 2020. Pemuda berusia 25 tahun itu rela meninggalkan gelar di bidang arkeologi untuk berburu kalajengking di gurun dan pantai di Mesir. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Mohamed Hamdy Boshta menunjukkan beberapa ekor kalajengking, di Kairo, Mesir, 6 Desember 2020. Ketertarikannya terhadap kalajengking membuat Hamdy mendirikan perusahaan Cairo Venom Company. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mohamed Hamdy Boshta mengamati kalanjengking yang ia buru, di Kairo, Mesir, 6 Desember 2020. Perusahaan milik Hamdy ini menampung 80 ribu kalajengking di berbagai peternakan di seluruh Mesir serta berbagai jenis ular, juga untuk disimpan racunnya. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Mohamed Hamdy Boshta mengamati kalanjengking yang ia buru, di Kairo, Mesir, 6 Desember 2020. Hamdy mengumpulkan racun kalajengking untuk keperluan pembuatan antiracun dan berbagai obat lainnya. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Mohamed Hamdy Boshta menunjukkan racun kalejengking, di Kairo, Mesir, 6 Desember 2020. Hamdy mengekspor racun kalajengking ini hingga ke Eropa dan AS. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Mohamed Hamdy Boshta menunjukkan racun kalejengking, di Kairo, Mesir, 6 Desember 2020. Satu gram racun kalajengking dapat dijual seharga 10 ribu dolar AS. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini