Situs militer terkenal, IHS Janes (23 Februari 2018), menulis bawah Angkatan Laut Indonesia (TNI AL) akan menerima empat drone ScanEagle dari pemerintah Amerika Serikat, pada pertengahan 2018. Hibah ini dibawah program Maritime Security Initiative (MSI), antara lain untuk meningkatkan kemampuan patroli maritim Indonesia. naval-technology.com
Drone ScanEagle diluncurkan dengan menggunakan katapel otonom. Penerbangan untuk menjalankan misi diprogram dan dikendalikan oleh operator. Pesawat tanpa awak ScanEagle dapat dilengkapi dengan berbagai jenis payload termasuk electro-optical imagers, long-wave infrared sensors dan radar X-band. Boeing Defence UK
Pendaratan drone ScanEagle menggunakan sistem SkyHook, yang dikembangkan khusus untuk ScanEagle, dengan merentangkan tali setinggi 15 meter yang akan menangkap sayap drone scanEagle saat terbang mendekati tali. Kaitan yang terletak di ujung sayap pesawat tanpa awak ini akan tersangkut di tali Skyhook. unmannedsystemstechnology.com
Drone ScanEagle dapat melakukan misi meliputi intelijen, pengawasan dan pengintaian ( intelligence, surveillance and reconnaissance/ISR), operasi pasukan khusus, operasi pendamping, perlindungan jalur laut dan konvoi, perlindungan instalasi bernilai tinggi dan aman, dan nirkabel berkecepatan tinggi untuk suara dan video, dan relai komunikasi data. popsci.com
Drone ini hasil produksi bersama Boeing Company dan The Insitu Group. Panjang ScanEagle 1,55 meter, rentang sayap 3,11 meter. Drone ini mampu terbang selama 24 jam dengan kecepatan maksimum 148,3 kilometer/jam, ketinggian maksimum 5.944 meter, dan jangkauan terbang 550 km. Naval-technology.com
Pesawat tanpa awak ScanEagle terdiri dari lima modul utama yang dapat diganti-diganti: hidung, badan pesawat, avionik, sayap dan sistem propulsi. ScanEagle memiliki badan silinder dengan sayap penyapu sayap tengah dengan winglets, sirip ujung ekor, dan kemudi. Turet sistem pengawasan dan observasi berada di hidung pesawat. boeing.com