Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SEISI rumah kaget ketika Diana pulang dari tempat bimbingan belajar dengan bercucuran air mata. Ia terus memegangi pipi kanannya, lidahnya menjulur, dan bicaranya tak jelas. ”Rahang kanannya nyeri dan tidak bisa digerakkan,” kata Tian, sang ayah, mengingat kondisi putri sulungnya itu Rabu dua pekan lalu. Diana—bukan nama sebenarnya—langsung dilarikan ke klinik. Di sepanjang perjalanan, mobil mereka terjebak macet. ”Dia sampai menendang mobil karena rahangnya benar-benar nyeri,” kata Tian.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo