Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

"Gudang" Darah Dari Bandung

Akis Jalimun, 61, dari Bandung, terpilih sebagai donor teladan dan mendapat tanda jasa dari presiden Soeharto. Sejak usia 19 tahun. Tercatat 282 kali menyumbang darah.

3 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KULITNYA hitam. Badannya kekar, dengan tinggi 170 cm dan berat 78 kg. Bukan bentuk tubuh yang kuat itu yang membuat Akis Jalimun pantas dicontoh. Tetapi amalnya. Laki-laki kelahiran Bandung yang berusia 61 tahun itu tercatat sebagai orang Indonesia yang paling banyak menyumbangkan darah. Sampai 282 kali. Kalau sekali menyumbang 300 cc, itu berarti dari tubuhnya sudah disedot sekitar 80 liter. Karirnya sebagai donor darah dimulai sejak usia 19 tahun. Sebagai anggota Palang Merah hatinya tersentuh melihat pasukan gerilya anti-Belanda yang luka dan perlu bantuan darah dalam pertempuran di Ciater, Bandung. Dan dalam awal 1940-an yang pahit itu pula dia berhasil menyelamatkan jiwa seorang anak masuk ke barak perawatan dalam keadaan pucat pasi kekurangan darah. Pencinta Alam Sejak saat itu menyumbangkan darah bagi Akis seperti pekerjaan rutin. "Saya menyumbang dengan ikhlas tanpa mengharapkan apa-apa. Sesuai dengan kepercayaan yang saya anut untuk menyayangi orang lain seperti menyayangi diri sendiri," kata Akis. Dia menganut agama Kristen Protestan. Dia pernah menjadi penyumbang darah yang secara tetap menyerahkan darahnya kepada RS Boromeus, Bandung, pada masa pendudukan Jepang. Ketika itu dia juga sering dipanggil seorang dokter Belanda hanya untuk meminta sumbangan darah untuk perawatan pasien. Sebagai "ganti" darahnya dia disuguhi santapan berupa susu dan telur. Tahun 1946 Akis Jalimun menjadi tenaga perawat di Palang Merah Indonesia, Cabang Bandung. Tetapi baru tahun 1951 dia resmi tercatat di situ sebagai donor. Rata-rata dia menyumbang sebanyak 12 kali dalam setahun. Secara teoritis darah yang diambil sebanyak 300 cc memerlukan waktu dua minggu supaya kembali ke jumlah semula, tapi Akis pada bulan Agustus 1969 pernah menyumbangkan darahnya dua kali dalam tiga hari. "Baru kemarin saya menyumbangkan darah, tiba-tiba datang seorang dari Desa Cicalengka minta pertolongan karena anaknya yang akan dioperasi kekurangan darah. Di PMI darah sedang kosong. Tanpa pikir panjang saya berangkat ke rumahsakit untuk menyumbang lagi," ceritanya kepada wartawan TEMPO Dedy Iskandar. Mengaku tak pernah sakit, ayah dari enam anak dan kakek dari 6 cucu ini punya kebiasaan hidup yang biasa-biasa saja. Tak pernah tidur siang. Sarapan hanya dua telur setengah matang. Makan slang dan malam apa adanya, cuma sayur tak ketinggalan. Dia senang berburu dan menjadi pencinta alam. Tiap setengah bulan sekali dia pergi mendaki gunung Bekerja sebagai tenaga honorer di PMI dengan gaji Rp 25.000/bulan. Buat kalangan dokter ahli darah kasus Akis Jalimun yang pernah menyumbang dua kali dalam tiga hari ternyata menjadi tanda tanya. "Aneh," ucap dr. Yohahnes, ahli Hematologi dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. "Dia merupakan satu kelainan. Perlu dipertanyakan apakah memang betul dia tidak menderita polycythemia," katanya pula. Polycytbemia adalah pertumbuhan abnormal sel-sel darah. Penyakit ini antara lain menyebabkan badan lemah dan kepala suka pusing. Tidak jelas apakah darah Akis Jalimun sudah diteliti apakah menderita penyakit seperti dicemaskan dokter tersebut. Yang terang rasa hormat dan penghargaan membanjir datang ke alamatnya Tanggal 16 September lalu Presiden Suharto menyematkan tanda jasa untuknya dan beberapa donor teladan yang lain. Siapa tahu orang Bandung ini bisa mendekati prestasi yang pernah dicapai Ed "Spike" Howard dari Philadelphia. Orang Amerika yang meninggal tahun 1946 dalam usia 69 tahun itu seumur hidupnya menyumbangkan darah sebanyak 499 liter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus