Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Orang yang tanpa alasan tiba-tiba merasa sangat ketakutan ketika dilihat atau kontak mata bisa jadi menandakan scopophobia atau skopofobia. Fobia ini membuat keengganan dipandangi orang lain. Efek lainnya tak nyaman atau tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Orang yang mengalami skopofobia ingin menghindarkan diri supaya tidak diperhatikan. Ia juga ingin menghindari tempat umum atau interaksi sosial lainnya. Banyak orang dengan skopofobia memiliki kecemasan sosial yang menyebabkan menjadi lebih cemas dan menghindari interaksi sosial.
Mengutip Verywell Mind, skopofobia dicirikan sebagai kecemasan ekstrem atau ketaknyamanan saat berkontak mata atau sedang dilihat orang lain. Kecenderungan skopofobia menganggap salah orang lain ketika menatap dirinya. Muncul paranoid merasa diawasi juga kekhawatiran berlebih saat berada di depan umum atau berinteraksi sosial. Mendadak muncul serangan panik saat berada di ruang publik.
Kiat mengatasi skopofobia
Merujuk Psych Central, skopofobia bisa ditangani secara terapi:
1. Terapi perilaku kognitif (CBT)
CBT adalah jenis psikoterapi yang banyak digunakan untuk kondisi kesehatan mental seperti gangguan kecemasan. CBT memandu untuk mengidentifikasi berbagai pikiran yang mengarah perasaan tak nyaman.
Setelah itu mengendalikan menjadi pemikiran yang bermanfaat. Terapi ini melatih tatapan langsung atau arah pandangan dari orang lain. Itu yang membuat pasien merasa seperti orang lain yang sedang melihatnya.
2. Terapi eksposur
Terapi eksposur membantu menghadapi ketakutan spesifik secara aman dan perlahan, supaya tidak terlalu membebani. Terapi ini meredakan gejala sckopofobia menggunakan pendekatan untuk menghadapi situasi dan ketakutan yang dimiliki.
Ada beberapa jenis terapi eksposur yang bisa disesuaikan dengan orang yang mengalami skopofobia.
- in vivo
Paparan langsung terhadap segala yang menyebabkan kecemasan.
- Eksposur imajiner
Memikirkan ketakutan secara detail yang jelas
- Eksposur realitas virtual
Penggunaan teknologi realitas virtual (VR) untuk membuat eksposur yang realistis
- Paparan interoseptif
Sengaja membuat kembali gejala kecemasan fisik, seperti berlari di tempat untuk mempercepat detak jantung.
Baca: 5 Tahapan Terapi Psikososial
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini