Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari Kesadaran Kawasaki Sedunia diperingati setiap 26 Januari. Penyakit Kawasaki ditemukan pada 1967 di Jepang oleh dokter anak bernama Tomisaku Kawasaki. Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Najib Advani, pun meminta orang tua mewaspadai penyakit Kawasaki yang langka dan tidak diketahui semua dokter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya katakan ini bukan penyakit sehari-hari, enggak semua dokter mungkin menyadari begitu," katanya dalam diskusi mengenai Hari Kesadaran Kawasaki Sedunia, Rabu, 31 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Najib mengatakan Kawasaki merupakan penyakit yang langka dan hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab penyakit yang umumnya menyerang balita tersebut. Jika penyakit Kawasaki tidak ditangani pada awal kemunculannya maka dapat mengakibatkan gangguan jantung pada anak yang bisa terjadi seumur hidup karena penyakit tersebut mengakibatkan pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat.
"Kalau koronernya tersumbat maka otot-otot jantung akan rusak sehingga darah tidak bisa beredar dengan baik," ujar anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu.
Gejala umum
Ia mengatakan beberapa gejala umum penyakit Kawasaki antara lain demam tinggi yang berlangsung 4-5 hari, kedua mata memerah tanpa ada kotoran, bibir dan lidah merah seperti stroberi, ruam mirip campak di sekujur tubuh, serta benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
"Kelainan jantung timbul setelah minggu kedua, di hari ketujuh. Hari kesepuluh mulai timbul kelainan jantung," ucapnya.
Najib menyebutkan penanganan kasus penyakit kawasaki harus dilakukan sejak dini atau sebelum hari ketujuh agar penanganan dapat dilakukan secara maksimal. Adapun langkah penanganannya dengan rawat inap di rumah sakit selama setidaknya empat hari untuk diberikan berbagai jenis obat-obatan lalu setelahnya dilanjutkan rawat jalan dengan pemeriksaan jantung secara rutin menggunakan alat elektrokardiogram (EKG).
"Entry point-nya tiga sebenarnya, demam, ruam, dan mata merah. Tiga saja, ingat itu. Kalau sudah tiga itu, pikirkan kemungkinan Kawasaki, baru ke dokter yang biasa menangani Kawasaki," tuturnya.
Pilihan Editor: Imunisasi Lengkap untuk Kurangi Risiko Penyakit Kawasaki