Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Reinhold Messner, seorang pendaki legendaris dunia pernah berucap, "Gunung itu selalu lebih jauh dari kelihatannya, selalu lebih tinggi dari kelihatannya, dan selalu lebih berat untuk didaki dari kelihatannya,". Pendaki yang telah menyelesaikan 14 gunung dengan ketinggian lebih dari 8 ribu meter atau 14 gunung tertinggi di dunia itu selalu mengingatkan untuk tidak meremehkan gunung manapun. Bagi Messner, gunung bukan adil atau tidak adil, hanya sebuah tempat berbahaya. Orang-orang yang menziarahinnya harus siap dengan segala risiko. Meski begitu, mencegah situasi buruk adalah kewajiban, karena selamat kembali ke rumah adalah tujuan sebenarnya dari mendaki gunung.
Akhir-akhir ini, terjadi beberapa kecelakaan mendaki di beberapa gunung. Namun kecelakaan mendaki terjadi beberapa kali di Gunung Rinjani. Dalam kurun waktu 30 hari, inilah beberapa kecelakaan mendaki di gunung 3.726 mdpl itu:
Dua Pendaki Asal Jakarta
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) M. Taufikurahman menginformasikan bahwa dua pendaki asal Jakarta hilang saat melakukan pendakian ke Gunung Rinjani melalui jalur Plawangan Sembalun, Lombok. Kedua korban itu berinisial KRM dan MAR.
KRM dan MAR dikabarkan hilang pada Minggu, 29 September pukul 16.00 WITA. “Berdasarkan informasi dari rekan korban, kecelakaan ini terjadi sekitar pukul 16.00 Wita,” ujar Taufik.
MAR ditemukan selamat berpegangan pada kayu saat tergelincir. Sedangkan KRM berhasil ditemukan pada Selasa, 8 Oktober pukul 10.30 WITA setelah dikabarkan menghilang sejak 29 September. Ia ditemukan tidak bernyawa di kedalaman ratusan meter di lokasi ia terjatuh.
“Korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Jasad korban berhasil dideteksi oleh drone thermal pada Selasa sekitar pukul 10.30 WITA di kedalaman ratusan meter dari lokasi kejadian,” terang Kepala Kantor SAR Mataram Lalu Wahyu Efendi.
Proses evakuasi jasad korban membutuhkan waktu cukup lama karena medan yang berbahaya dan sulit. “Tentunya harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang untuk memastikan proses evakuasi berjalan lancar dan aman,” ujar Lalu.
Selain melakukan pencarian secara manual, tim pencarian juga menggunakan teknologi drone thermal untuk mempermudah pencarian. “Tim SAR gabungan terus berupaya maksimal dengan mengerahkan berbagai peralatan, termasuk drone thermal, untuk mempercepat proses pencarian,” terang Lalu.
Pencarian dilakukan di lokasi sekitar tempat korban jatuh yaitu pegunungan arah Plawangan menuju puncak Gunung Rinjani hingga seputaran Danau Anak Sagara. Pencarian diperpanjang hingga 3 hari ke depan dan difokuskan ke sekitar Danau Anak Sagara sebab diduga korban sempat berpindah lokasi sesaat setelah terjatuh. Kedua korban diketahui mendaki bersama grup yang terdiri dari 11 orang lainnya.
Pendaki Rusia
Tak lama setelah kejadian 2 warga Jakarta hilang di Gunung Rinjani, satu minggu kemudia tepatnya pada Jumat, 4 Oktober 2024, 1 pria Warga Negara Asing (WNA) asal Rusia juga mengalami insiden terjatuh di saat melakukan pendakian di Gunung Rinjani.
Hal ini divalidasi oleh Kepala Balai TNGR Lombok Taufik dalam keterangan tertulis. “Pada Jumat 4 Oktober 2024 seorang pria warga negara Rusia yang melakukan pendakian secara ilegal mengalami kecelakaan di sekitar Pos 2 jalur wisata pendakian Sembalun,” ujarnya.
Pria asal Rusia ini memilih mendaki melalui jalanan terjal guna menghindari Pos 2 untuk dilakukan pemeriksaan karena ia melakukan pendakian secara ilegal. Tim evakuasi yang terdiri dari petugas taman nasional, petugas medis, dan aparat gabungan telah mendapat informasi awal mengenai kecelakaan pengunjung tersebut dari petugas Pos 2 sekitar pukul 21.30 WITA. Penerjunan tim evakuasi pada pukul 00.45 WITA dan sampai ke lokasi korban sekitar pukul 03.30 serta segera melakukan pertolongan pertama. Proses pengevakuasian hingga pengiriman ke layanan kesehatan terdekat memakan waktu hingga pukul 09.00 WITA.
“Proses evakuasi berlangsung selama lebih dari lima jam dengan tantangan medan yang cukup berat,” ujar Taufik. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa korban mengalami patah tulang dan pendarahan di area sekitar kepala.
Melalui insiden ini Taufik mengingatkan untuk selalu mematuhi aturan yang dibuat karena aturan-aturan tersebut untuk menjaga diri serta meminimalisir hal-hal buruk yang dapat terjadi ke para pendaki Gunung Rinjani. “Dari beberapa insiden yang terjadi ini, mengingatkan bahwa aturan pendakian dibuat bukan hanya untuk melindungi lingkungan, tetapi juga keselamatan jiwa. Sebagai pendaki yang bertanggung jawab, semua diharapkan selalu patuhi regulasi demi keamanan dan keselamatan bersama,” tutupnya
Turis Irlandia
Tidak jauh dari lokasi jatuhnya KRM (16) pendaki asal Jakarta, turis asal Irlandia juga mengalami insiden serupa pada Rabu, 9 Oktober. Diketahui pendaki Irlandia itu mendaki seorang diri dan terjatuh karena tergelincir di medan yang berpasir. “Korban diduga tergelincir di lokasi yang berpasir, sehingga menyebabkan ia terjatuh,” terang Iptu Nicolas Oesman, Kasi Humas Polres Lombok Timur.
Tim SAR Gabungan yang mengevakuasi KRM sebelumnya juga mengevakuasi FP di lokasi yang sama. “Pendaki WNA tersebut berhasil dievakuasi oleh Tim SAR gabungan,” lanjut Nicolas.
FP langsung dibawa ke tempat kesehatan darurat terdekat dan langsung mendapatkan penanganan dan dalam kondisi baik-baik saja. “Saat ini, korban dalam kondisi stabil dan berada di Shelter Emergency Pelawangan bersama Tim SAR gabungan,” tutup Nicolas.
SRI DWI APRILIA | ANTARA
Pilihan Editor: Wanadri Akan Buka Sekolah Pendaki Gunung, Pelatihan Navigasi dan Survival di Alam Liar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini