Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Stroke merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kecacatan permanen atau bahkan kematian. Stroke terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak terputus, sehingga sel-sel otak mati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerusakan otak dapat memengaruhi cara kerja tubuh. Kerusakan juga dapat mengubah cara berpikir dan perasaan Anda. Efek stroke bergantung pada lokasi terjadinya stroke di otak, dan seberapa besar area yang rusak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stroke dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti stroke iskemik, stroke hemoragik, dan transient ischemic attack (TIA), yang masing-masing memiliki penyebab dan dampak yang berbeda.
Jenis-jenis stroke
1. Stroke iskemik
Dilansir dari siloamhospitals.com, stroke iskemik terjadi ketika aliran darah pada pembuluh arteri di otak terhalang. Jenis stroke ini adalah yang paling sering terjadi.
Pada kondisi ini, aliran darah ke otak terganggu akibat penyumbatan di pembuluh darah arteri. Penyumbatan dapat disebabkan oleh terbentuknya gumpalan darah di pembuluh dari organ lain.
Selain itu, stroke iskemik juga dapat dipicu oleh penumpukan plak di arteri. Plak tersebut, yang dikenal sebagai aterosklerosis, menyebabkan penyempitan pembuluh darah, sehingga mengurangi aliran darah ke otak dan mengakibatkan stroke iskemik.
2. Stroke hemoragik
Dilansir dari stroke.org.uk, stroke hemoragik terjadi ketika ada pendarahan di dalam atau di sekitar otak. Hal ini menyebabkan pasokan darah ke bagian otak terputus, yang mengakibatkan sel-sel otak mati. Kerusakan pada sel-sel otak dapat mempengaruhi fungsi tubuh, serta mengubah cara berpikir dan merasakan seseorang.
Stroke ini merupakan jenis yang lebih jarang terjadi, dengan sekitar 15 persen dari semua kasus stroke di Inggris adalah hemoragik. Sementara itu, 85 persen lainnya adalah stroke iskemik, yang disebabkan oleh penyumbatan aliran darah ke otak.
Ada dua tipe utama stroke hemoragik: pendarahan di dalam otak (perdarahan intraserebral atau ICH) dan pendarahan di permukaan otak (perdarahan subaraknoid atau SAH).
Penyebab stroke hemoragik bervariasi, termasuk adanya pembuluh darah abnormal di otak. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke hemoragik meliputi tekanan darah tinggi dan penumpukan lemak di arteri.
3. Serangan iskemik transien
Serangan iskemik transien (TIA atau mini-stroke) mirip dengan stroke, tetapi gejalanya hanya berlangsung untuk waktu yang singkat. Anda mengalami gejala stroke karena adanya gumpalan darah yang menghalangi aliran darah ke otak. Ketika gumpalan darah tersebut hilang, gejala stroke juga akan menghilang.
Gejala TIA sama dengan gejala utama stroke. Tes FAST dapat membantu Anda mengenali tanda-tanda umum TIA dan stroke. Gejala TIA dapat bertahan antara beberapa menit hingga beberapa jam dan biasanya sembuh sepenuhnya dalam waktu 24 jam.
4. Stroke embolik
Dilansir dari hopkinsmedecine.org, stroke embolik umumnya disebabkan oleh bekuan darah yang terbentuk di bagian tubuh lain (embolus) dan mengalir melalui sistem peredaran darah ke otak. Stroke jenis ini sering terjadi akibat penyakit jantung atau setelah operasi jantung, dan biasanya terjadi dengan cepat tanpa tanda-tanda peringatan. Sekitar 15 persen kasus stroke embolik terjadi pada individu yang menderita fibrilasi atrium, yaitu irama jantung abnormal di mana ruang atas jantung tidak berkontraksi secara efektif.
5. Stroke trombotik
Stroke trombotik adalah stroke yang disebabkan oleh trombus (bekuan darah) yang terbentuk di arteri yang menyuplai darah ke otak. Jenis stroke ini lebih umum terjadi pada orang tua, khususnya mereka yang memiliki kadar kolesterol tinggi, aterosklerosis (penumpukan lemak dan lipid di dinding pembuluh darah), atau diabetes.
Gejala stroke trombotik kadang-kadang muncul secara tiba-tiba, sering kali saat tidur atau di pagi hari. Namun, stroke juga bisa berkembang secara bertahap dalam beberapa jam atau bahkan beberapa hari.