Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 8 juta penderita Down Syndrome di dunia. Spesifiknya, ada 3.000-5.000 anak lahir mengidap kelainan kromosom per tahunnya.
Untuk di Indonesia, terdapat 0,12 persen penderita Down Syndrome pada 2010. Angka itu meningkat jadi 0,13 persen di 2013. Data ini mengacu pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan.
Dalam rilis yang diterima Tempo tertulis, Down Syndrome disebabkan karena adanya kelainan perkembangan kromosom. Kelainan itu mengganggu perkembangan fisik dan mental anak.
Baca juga:
217 Tahun Lagi, Penghasilan Wanita Baru Sama dengan Pria
Kini, Pria dan Transgender bisa Hamil?
Pentingnya Fotografer untuk Kegiatan Sosialita, Simak Kisahnya
Kromosom merupakan unit genetik yang tersusun atas DNA dan protein. Kromosom itu ditemukan dalam setiap inti sel makhluk hidup. Pada kondisi normal, manusia memiliki dua kromosom 21. Sementara dalam tubuh penderita Down Syndrome terkandung tiga kromosom 21.
“Kelebihan kromosom inilah yang menjadi ciri dari Down Syndrome atau yang dikenal dengan istilah Trisomi 21,” seperti tertulis dalam rilis itu, Senin, 6 November 2017.
Kelainan kromoson terdiri dari beberapa jenis, yakni Down Syndrome, Patau Syndrome, Edward Syndrome, Klinifelter Syndrome, dan Turner Syndrome.
Direktur Utama Prodia Widyahusada Tbk, Dewi Muliaty , menyatakan bahwa kelainan kromosom yang paling sering terjadi berjenis Down Syndrome. Dewi melanjutkan, kelainan kromosom pada janin dapat terdeteksi sejak bayi masih di dalam kandungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini