Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NENI Tri merasa prihatin terhadap berat badan ayahnya. Dengan berat 84 kilogram dan tinggi 172 sentimeter, ayahnya tergolong subur."Masuk obesitas,"kata perempuan 30 tahun ini, Rabu pekan lalu.
Neni sudah mewanti-wanti ayahnya, yang berusia 56 tahun, menjaga pola makan, seperti mengurangi konsumsi nasi, gula, dan kue manis kegemarannya. Tapi sang ayah, yang gemar minum teh manis dan memasukkan banyak gula ke minumannya, tetap bandel.
Neni khawatir ayahnya menderita diabetes tipe 2. Kekhawatiran itu membuat dia belajar menghitung kebutuhan dan asupan kalori sang ayah."Agak ribet menghitung satu per satu makanan yang dimakan," ujar karyawan swasta yang tinggal di bilangan Setiabudi, Jakarta Selatan, ini.
Bukan perkara mudah menghitung semua kalori yang dihasilkan dari makanan dan minuman yang masuk ke tubuh. Sebab, dalam sehari, minuman dan makanan yang disantap beragam. Menghitung berapa kalori, karbohidrat, protein, dan lemak yang diasup pun bisa jadi perkara rumit.
Untuk memudahkan penghitungan total nutrisi itu, terutama gula, Indonesian Hydration Working Group (IHWG) membuat aplikasi bernama Kalkulator Asupan Gula 24 (Kuala24). IHWG adalah kelompok kerja ilmiah yang berfokus pada masalah hidrasi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat Indonesia.
Kuala24 juga menghitung energi, karbohidrat, protein, lemak, gula, air, dan natrium alias garam. Ketika seseorang mengetik "lemper", akan muncul jumlah 1.881,1 kilokalori energi, 35,5 gram karbohidrat, 4,2 gram lemak, 2,2 gram protein, 0 miligram natrium, 0 gram gula, dan 0 gram air. Ada pula kalkulator asupan gizi untuk menghitung semua makanan yang dikonsumsi seharian. Agar lebih mudah memasukkan data, disediakan kategori waktu makan, yakni sarapan, camilan pagi, makan siang, camilan siang, makan malam, dan camilan malam.
Juga terdapat hitungan kebutuhan nutrisi harian yang disesuaikan dengan profil pengguna, yakni umur, tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Maka akan ketahuan jika makanan dan minuman yang disantap setiap hari melebihi atau kurang dari kebutuhan.
Wakil Ketua IHWG Aida Riyanti mengatakan kelompoknya membuat kalkulator ini karena angka obesitas global meningkat, termasuk di Tanah Air. Salah satu penyebabnya adalah asupan gula berlebih. Untuk orang normal, Kementerian Kesehatan menyarankan konsumsi gula tak lebih dari lima sendok per hari. Ini sudah termasuk gula yang terdapat dalam makanan dan minuman.
Gula dibutuhkan untuk menghasilkan energi sehingga tubuh bisa beraktivitas. Tapi terlalu banyak gula juga dapat mendatangkan masalah, seperti kegemukan, yang memicu diabetes; dan penyakit kardiovaskular, seperti jantung dan stroke."Kelebihan gula berpengaruh pada tubuh, mendatangkan banyak masalah,"kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan itu saat memperkenalkan Kuala24 dalam pertemuan pertamaIndonesian Medical Education and Research Institute, Universitas Indonesia, pertengahan November lalu.
Mereka membuat aplikasi untuk telepon seluler pintar. Media ini dipilih lantaran pengguna telepon pintar di Indonesia sangat banyak. Data eMarketer-lembaga riset digital yang berbasis di New York, Amerika Serikat-menyebutkan jumlah pengguna telepon pintar di Indonesia menduduki peringkat ketiga di Asia Pasifik setelah Cina dan India. Tahun lalu, pemakainya mencapai 55,4 juta orang. Lembaga itu memperkirakan angka ini terus tumbuh hingga 92 juta pada 2019.
Aziz Jati Ananda, salah seorang pengembang dan peneliti aplikasi ini, mengatakan Kuala24 dibuat sejak Agustus tahun lalu. Mereka bertanya dulu ke banyak pakar, termasuk ahli gizi dan pengembang teknologi informasi. "Hasil konsultasi itu menyimpulkan, ke depan, menghitung gizi akan menggunakan alat, apps seperti ini salah satunya," ujar lulusan magister ilmu gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Dalam aplikasi tersebut, mereka membenamkan daftar makanan dan minuman yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan yang bisa diakses di Internet. Tapi, karena di sana tak dicantumkan komposisi dan kandungan nutrisi makanan dan minuman itu, tim mengecek satu per satu muatan tersebut di kemasan tiap produk. Ini yang memakan waktu lama karena mereka mencantumkan hampir 7.000 produk di aplikasi.
Setelah sekitar delapan bulan aplikasi itu dikembangkan, mereka mengujinya ke 59 anak dan remaja dari kelas II sekolah dasar sampai kelas II sekolah menengah pertama di Jakarta Timur. Kuala24 dipasang di ponsel mereka selama sepekan. Mereka lalu diminta menilai aplikasi ini, dari tampilan, desain, hingga kontennya. "Menurut mereka, menarik," tutur Aziz.
Anak-anak tersebut juga banyak memberikan masukan. Salah satunya variasi makanan yang kurang kompleks. Di sana tak terdapat kadar nutrisi makanan atau minuman yang dijual di jalanan, yang justru sering mereka konsumsi, seperti cilok, bakso pentol, dan cireng. Hanya produk yang terdaftar di BPOM yang tersedia. IHWG berencana menambahkan usul tersebut.
Saat ini aplikasi tersebut masih dalam bentuk beta alias masih dalam tahap percobaan, belum bisa disebut tipe yang sempurna. Rencananya, dalam satu-dua pekan, Kuala24 akan tersedia di App Store untuk Android. Meski diujicobakan ke anak-anak dan remaja, aplikasi ini bisa digunakan orang dewasa.
Yong Eu Leong, profesor dariNational University of Singapore, yang mendengar paparan tentang Kuala24 ini, tertarik pada aplikasi tersebut. Iamenanyakan apakah aplikasi ini bisa digunakan di Singapura. Tapi, kata Aziz, Kuala24 belum bisa dibawa ke luar negeri karena makanan yang terdaftar baru yang dijual di dalam negeri. "Makanan Indonesia dan Singapura berbeda," ucapnya.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolilk, dan diabetes, Em Yunir, mengatakan aplikasi tersebut akan sangat membantu orang yang ingin mengontrol makanan yang dikonsumsi, termasuk penderita diabetes. Dengan aplikasi semacam ini, orang akan lebih memperhatikan apa yang dikonsumsi. "Misalnya, setelah dihitung ternyata gulanya kelebihan, sehingga yang tadinya mau pesan teh manis diganti air putih saja," ujarnya.
Diabetes tipe 2, kata dia, terjadi karena asupan kalori berlebih, baik yang berasal dari karbohidrat, protein, maupun lemak. Lama-kelamaan timbunan kalori itu menjadi lemak. Tabungan lemak juga tersimpan dalam hati dan pankreas, tempat insulin berasal. Sel-sel lemak yang mendekam di pankreas bisa menyumbat pankreas dan membuatnya menghasilkan sedikit insulin.
Padahal hormon tersebut diperlukan oleh tubuh untuk mengubah kalori yang dikonsumsi menjadi glukosa, yang kemudian diproses menjadi energi.Jika hormoninsulintidak ada, glukosa tak dapat masuk ke sel dan tetap berada di dalam pembuluh darah, sehingga kadar glukosa di dalam darah meningkat. Perlahan-lahan, jadilah diabetes.
Di sinilah petaka bermula. Menurut Yunir, kadar gula yang tinggi di dalam tubuh akan merusak semua pembuluh darah yang ada di badan. Karena itu, diabetes bisa menyebabkan banyak komplikasi. Jika kerusakan pembuluh darah itu terjadi pada mata, bisa menyebabkan retinopati diabetik. Jika di jantung, akan menyebabkan penyakit jantung koroner, dan di otak bisa mengakibatkan stroke. "Masalah disfungsi ereksi juga bisa terjadi," tuturnya.
Ia mengatakan penderita diabetes sekarang semakin muda, yakni berumur 30-an tahun. Karena itu, pengaturan asupan kalori, baik yang berasal dari gula langsung maupun sumber kalori lain, seperti karbohidrat, lemak, dan protein, sangat penting. "Lebih baik diatur daripada sampai merambat menjadi komplikasi," katanya.
Nur Alfiyah
Prevalensi Berat Badan Berlebih
Anak-anak (5-12 tahun)
- 10,8 persen gemuk
- 8,8 persen mengalamiobesitas
Remaja (13-15 tahun)
- 8,3 persen gemuk
- 2,5 persen mengalamiobesitas
Remaja (16-18 tahun)
- 5,7 persen gemuk
- 1,6 persen mengalamiobesitas
Dewasa (> 18 tahun)
- 13,5 persen berat badan lebih
- 15,4 persen mengalamiobesitas
  | Pria | Wanita |
2007 | 13,9% | 13,9% |
2010 | 7,8% | 17,5% |
2013 | 19,7% | 32,9% |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo