Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Britney dan Bayang-bayang Hamilton

Mengikuti jejak sang ayah, Nico Rosberg menjadi juara Formula 1. Pertemanannya dengan Hamilton berakhir?

5 Desember 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEKE Rosberg, 67 tahun, mengakhiri puasa bicara dengan pers yang sudah berlangsung selama enam tahun lebih. "Saya tak pernah menerima wawancara sejak Januari 2010. Ini pertama kalinya dan susah untuk dihindari," kata pria berambut putih itu kepada wartawan yang mengerubunginya di Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Ahad dua pekan lalu. Tak ada kesan terpaksa dalam sikap dan suaranya. Ia bahkan tampak riang.

Maklum, beberapa saat sebelumnya, Nico Rosberg, putranya yang berusia 31 tahun, memastikan diri menjadi juara dunia Formula 1. Keke dan Nico pun menorehkan rekor sebagai bapak-anak yang masih hidup yang sama-sama menjuarai balapan jet darat ini. Sebelumnya, pada 1996, Damon Hill menjadi juara setelah Graham Hill, ayahnya yang juara pada 1962 dan 1968, meninggal. "Ini sangat luar biasa dan saya mengagumi dia karena kekuatan mental dan komitmennya," ujar Keke, yang menjadi juara pada 1982.

Kekuatan mental itu ditunjukkan Rosberg dalam lomba pamungkas di Yas Marina. Pembalap Jerman itu selamat dari trik kontroversial Lewis Hamilton, rekan setimnya di Mercedes. Kedua pembalap itu terpaut 12 poin sebelum terjun di balapan terakhir tersebut. Rosberg hanya butuh finis tiga besar untuk bisa menjadi juara. Hamilton, juara bertahan yang tengah mengejar gelar keempatnya, tampil meyakinkan setelah memulai lomba dari posisi terdepan. Tapi Rosberg, yang start dari posisi kedua, terus menempel di belakangnya setelah sempat berduel dengan Max Verstappen, pembalap muda Belanda dari tim Red Bull.

Ketika balapan tersisa 15 lap, Hamilton mulai menerapkan triknya. Mobilnya jauh melambat ketimbang di lap-lap sebelumnya. Rupanya, ia sengaja karena ingin meredam laju Rosberg agar rekan setimnya itu bisa disusul pembalap lain. Melihat hal itu, Direktur Teknik Mercedes Paddy Lowe segera meminta Hamilton mempercepat laju mobilnya. "Lewis, kamu perlu menambah kecepatan untuk memenangi lomba," katanya lewat radio. Tapi Hamilton tak peduli. "Saya kan ada di depan saat ini, Paddy," ucap pembalap Inggris berusia 31 tahun itu.

Hamilton tetap meneruskan taktiknya hingga lap terakhir. Rosberg, yang terus ditekan pembalap Ferrari, Sebastian Vettel, sempat waswas. "Ia bisa melakukan hal yang ekstrem dan membuat segalanya berantakan. Itu benar-benar kondisi yang sulit," katanya seusai lomba. Rosberg juga kesulitan menyalip karena Hamilton benar-benar mengerahkan kemampuan untuk membendung lajunya. Tapi untung hal buruk tak terjadi. Ia bisa finis di belakang Hamilton, terpaut 0,439 detik.

Rosberg merebut gelar juara dunia pertamanya dengan mengalahkan rekan setimnya yang selama ini selalu lebih dominan. "Ia pembalap hebat dan salah satu yang terbaik dalam sejarah. Merebut gelar darinya membuat segalanya lebih istimewa," kata Rosberg.

Hamilton tak hanya kehilangan gelar juara, ia juga menghadapi ancaman sanksi dari timnya. Bos Mercedes, Toto Wolff, menyebut tindakan Hamilton yang tak mematuhi permintaan tim sebagai tindakan yang meremehkan struktur tim. "Ia telah menempatkan dirinya di atas tim," ujarnya. "Anarki tak diterima di tim dan perusahaan ini."

Hamilton justru tak merasa bersalah. "Saya tak melakukan hal berbahaya atau tak adil. Kami bersaing untuk gelar juara. Saya memimpin balapan, mengontrol kecepatan, begitu memang seharusnya," katanya. Hamilton juga tak berniat merusak tim atau brand Mercedes. "Kami sudah memenangi gelar konstruktor, jadi tinggal persaingan saya dan Nico."

Persaingan sengit itu telah membuat hubungan Hamilton dan Rosberg tak lagi serupa rekan setim. Di ruang istirahat setelah lomba, keduanya tak bertegur sapa. Hamilton baru mau mengulurkan tangannya untuk memberi selamat ketika berada di podium di hadapan penonton dan jurnalis. Ketika pesta kemenangan digelar Rosberg pada malam harinya, Hamilton juga tak tampak. Kondisi yang tegang dan dingin itu cukup ironis mengingat keduanya pernah akrab saat masih remaja.

Jauh sebelum memperkuat Mercedes, mereka pernah bersama-sama meniti karier di balapan karting. Rosberg, yang lahir di Jerman, dibawa pindah ayahnya ke Monte Karlo, Monako. Ia balapan karting sejak usia enam tahun. Pada 2000, saat berusia 14 tahun, ia dan Hamilton sama-sama berlomba untuk tim MBM di Formula A. Keduanya sangat dekat, bahkan tinggal di kamar yang sama. Rosberg saat itu kerap dijuluki Britney, karena warna rambutnya yang mirip penyanyi pop Britney Spears.

Mantan pembalap F1, Robert Kubica, bercerita, ia bahkan sering diajak makan pizza bersama. "Mereka selalu berkompetisi, selalu ingin menang dalam segala hal. Tapi tak pernah bertengkar. Itu kompetisi yang bersahabat. Selalu ada tawa setelahnya," ujarnya seperti dikutip BBC, 23 November 2014. Dalam artikel yang sama, Hamilton mengakui mengalami masa-masa indah pada saat itu. "Saya tak pernah tertawa begitu sering ketimbang saat itu. Kami menjalani lomba yang hebat bersama dan memiliki hubungan yang juga hebat," katanya.

Kebersamaan itu hanya dijalani dua tahun. Mereka lantas menempuh jalan masing-masing. Rosberg menapaki Formula BMW Jerman, Formula 3 Euro, GP2, dan akhirnya bergabung ke Formula 1 pada 2006. Hamilton, yang sempat menjadi juara karting Eropa pada 2000, menjejaki kariernya lewat Formula Renault Inggris, Formula 3, GP2, dan akhirnya masuk Formula 1 pada 2007.

Keduanya bertemu lagi di tim Mercedes pada 2013. Kala itu Hamilton datang dengan membawa satu gelar juara dunia dan runner-up, yang diraihnya bersama McLaren. Torehan terbaik Rosberg saat itu hanya urutan keenam, yang diraih pada 2012. Pers menggambarkan Hamilton sebagai pembalap yang memiliki bakat luar biasa dan berani mengambil risiko. Sedangkan Rosberg dianggap lebih mengandalkan ketelitian dan kehati-hatian. Di luar arena, keduanya juga seperti menempati dua kutub berbeda: Hamilton doyan pesta dan bergaul akrab dengan selebritas dunia, sedangkan Rosberg lebih suka menjauh dari keramaian dan menghabiskan waktu di rumah, bersama istri dan satu putrinya, atau membenamkan diri berkebun sayuran.

Bagi Rosberg, pertautannya kembali dengan Hamilton seperti déjà vu. Kejadian dari masa-masa lomba karting terulang. Ia kembali berada di bawah bayang-bayang kehebatan Hamilton. Pada 2014 dan 2015, Hamilton terus menjadi juara, sedangkan ia hanya runner-up. Tapi musim ini segalanya berubah. Rosberg mengawali pramusim dengan luar biasa dan mampu memenangi empat lomba awal. Pada saat yang sama, Hamilton hanya dua kali menjadi runner-up dan sekali gagal naik podium.

Niki Lauda, mantan pembalap F1 asal Austria, melihat kondisi Rosberg sangat berbeda pada musim ini. "Ia lebih mampu menunjukkan kekuatan mentalnya. Tak lagi gelisah, tak lagi banyak omong, dan lebih berhasrat mengubah peruntungannya," kata pria 67 tahun ini. Martin Brundle, analis dari Sky Sports, melihat ada faktor lain dari kebangkitan Rosberg. Selain mampu bersikap lebih tenang, Rosberg mendalami banyak aplikasi yang memungkinkan dia memaksimalkan mesin mobilnya.

Kebetulan, pada awal musim, petinggi Mercedes memutuskan menukar mekanik kedua pembalap itu. Hamilton tampaknya kurang beruntung dengan pertukaran itu. Mobilnya sering bermasalah. Ia antara lain mengalami kegagalan energy recovery system pada kualifikasi lomba di Cina dan Rusia, masalah hidrolik di Singapura, bahkan mesinnya meledak di Malaysia. "Saya tak percaya ada delapan mobil Mercedes dan hanya mesin saya yang mengalami hal seperti ini. Rasanya ada yang tak benar," ucap Hamilton.

Kesialan itu ikut membantu Rosberg. Konsistensi penampilan, ditunjang mobil yang lebih bisa diandalkan, membuatnya mampu mengeruk poin lebih banyak. "Kuncinya, saya belajar keras agar berfokus sepanjang tahun," katanya. Pemilik kewarganegaraan Jerman dan Finlandia itu juga menyebutkan hal lain. "Saya katakan rahasianya: sisu, karakteristik orang Finlandia. Semua ada di dalamnya: stamina, ketekunan, daya juang, kekuatan. Kami bisa melepasnya pada momen berbeda. Itu warisan Finlandia dari ayah saya."

Tapi, semua kelebihannya itu tak akan terlihat lagi pada balapan musim depan. Jumat lalu, secara mengejutkan Rosberg mengumumkan putusannya untuk pensiun. "Saya sudah meraih mimpi melalui kerja keras, rasa sakit, dan pengorbanan. Saya sudah ada di puncak gunung. Kini saatnya mengambil tikungan hidup berikutnya dan melihat apa yang menunggu saya."

Nurdin Saleh (Formula 1, Crash, BBC, Guardian)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus