Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Agar Sembelit Tak Ganggu Acara Liburan

Anda pernah sembelit saat acara liburan? Menurut survei pada 2013, sekitar 4 dari 10 orang yang bepergian jauh mengalami sembelit

30 September 2019 | 17.35 WIB

Travel blogger Awan Yulianto acara talkshow Go with Your Gut di Kompas Travel Fair, Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu, 21 September 2019.
Perbesar
Travel blogger Awan Yulianto acara talkshow Go with Your Gut di Kompas Travel Fair, Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu, 21 September 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Sembelit atau susah buang air besar bisa muncul kapan pun. Termasuk saat traveling atau jalan-jalan mengisi masa liburan. Menurut survei yang diadakan oleh Dulcolax pada 2013, sekitar 4 dari 10 orang yang bepergian jauh mengalami sembelit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sembelit terjadi bila buang air besar kurang dari tiga kali seminggu. Biasanya muncul perasaan perut terasa penuh dan kembung atau begah lantaran feses menumpuk di usus. Jika dibiarkan, sembelit bisa memicu wasir, bahkan luka dan sumbatan di anus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sembelit saat traveling umumnya disebabkan oleh tingkat stres atau kecemasan yang tinggi sebelum berangkat ke kota tujuan.

Tak cuma itu, kelelahan, tidak terbiasa menggunakan toilet umum, dan perubahan pola hidup yang drastis saat berlibur juga dianggap sebagai pemicu timbulnya sembelit.

Ini juga yang dialami travel blogger Awan Yulianto. Menurut dia, sembelit biasanya dipicu oleh pola makan yang berubah. “Saat traveling kadang kita makan jadi lebih sering karena ingin mencicipi kuliner yang ada di kota atau negara yang kita datangi,” katanya dalam acara talkshow "Go with Your Gut" yang diadakan Dulcolax di Kompas Travel Fair, Jakarta Convention Center, pekan lalu.

Perjalanan yang terlalu panjang-hingga belasan jam di pesawat juga salah satu pemicu sembelit. Perbedaan zona waktu, selain jet lag juga membuat Awan kerap mengalami sembelit. “Bukan cuma jam tidur yang berubah, urusan BAB juga juga terganggu,” ujar pria yang rutin traveling sejak 2006 lalu ini.

Tak cuma itu, Awan juga pernah mengalami sembelit gara-gara menahan buang air besar lantaran tidak nyaman dengan kondisi toilet di tempat wisata yang disambanginya. “Bikin males BAB jadi ditahan tapi berujung sembelit,” katanya.

Awan pun menyiasatinya dengan memperbanyak minum air putih dan sebisa mungkin menghindari minum kopi. Buah-buahan dan sayuran juga diperbanyak. “Tapi kadang kalau di tempat yang banyak makanan enak agak susah juga ya,” katanya sambil tertawa.

Nah, kalau sudah begini biasanya dia mengeluarkan jurus andalan: minum obat pencahar. Tentu saja dia tak sembarang minum obat pencahar. “Saya minum menjelang tidur malam jadi pagi-pagi sudah bisa BAB dengan lancar,” katanya.

Awan juga sebisa mungkin meluangkan waktu untuk berolahraga. Untuk kota-kota yang punya fasilitas jalan kaki yang baik seperti Hong Kong dan Singapura, Awan memilih untuk lebih banyak jalan kaki ketimbang naik kendaraan.

Khusus untuk mengatasi jetlag, dia sebisa mungkin mengatur waktu tidur mengikuti zona waktu negara yang didatangi. Awan tidak mau gara-gara sembelit acara jalan-jalannya jadi berantakan. Berdasarkan pengalamannya, saat sembelit dia jadi gampang uring-uringan dan tak bisa menikmati wisata kuliner kegemarannya.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus