Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Aids, antara hiv i dan hiv ii

Luc montagnier, penemu hiv penyebab aids memberikan ceramah pada simposium sehari tentang aids di jakarta. kini ia masih meneliti kaitan hiv dan sel t, untuk menentukan pola pengobatan.

14 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMA Luc Montagnier tidak banyak terdengar pada tahun 1980an, ketika acquired immune deficiency syndrome (AIDS) mulai ramai dibicarakan di Amerika Serikat. Padahal, ilmuwan Prancis inilah yang menemukan human immunodeficiency virus (HIV), pangkal rontoknya daya tahan tubuh melawan penyakit yang disebut AIDS. Saat itu, dunia justru mempercayai bahwa penemu HIV itu adalah Dr. Robert Gallo dari Institut Kesehatan Nasional AS. Ketika itu sempat pula terjadi debat yang mempersoalkan siapa sebenarnya penemu HIV. Polemik panjang itu baru berakhir pertengahan tahun lalu. Kebenaran kemudian ditegakkan. Institut Kesehatan Nasional AS akhirnya mengakui Luc Montagnier sebagai penemu HIV itu sekitar 1979. Peneliti senior di Lembaga Pasteur Paris ini muncul di Jakarta Senin pekan lalu. Kedatangannya diprakarsai Yayasan Pengembangan Sumberdaya Nasional, yang berkaitan dengan simposium sehari tentang AIDS. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Kelompok Studi Khusus AIDS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Pokdisus FKUI), untuk menggali dan menyebarkan informasi. Dalam simposium di Hotel Borobudur Jakarta itu, Montagnier lebih dulu diminta memberikan ceramahnya untuk khalayak awam. Kemudian, baru ia membawa kertas kerja dan berbicara dengan para ahli tentang hasil penelitiannya yang terakhir. Simposium itu dihadiri sekitar 150 peserta. Pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan sesudah ceramah, hadir hampir semua ahli dari Indonesia yang selama ini menekuni masalah AIDS baik dari Departemen Kesehatan maupun dari Kelompok Studi Khusus dan lembaga swadaya masyarakat. Dua ahli mendampingi Montagnier dalam mengetengahkan kertas kerjanya, yaitu Prof. Dr. Haryanto R., Ketua Pokdisus FKUI, dan dr. Gandung Hartono, Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Departemen Kesehatan. "Menemukan virus penyebabnya masih jauh dari menyelesaikan persoalan AIDS," ujar Montagnier. "Sekarang ini kita berpacu melawan waktu sebab semakin banyak orang meninggal dunia karena AIDS." Dengan keyakinan ini Montagnier hingga kini masih melakukan penelitiannya. "Kini, yang kami coba lakukan adalah menemukan mekanisme infeksi penyakit itu, apa yang terjadi antara awal penularannya sampai muncul gejala AIDS," katanya lagi. Dalam pertemuan ilmiah dengan para ahli itu, ia mengungkapkan bahwa seluruh proses ini harus diteliti secara rinci. "Ini penting untuk mengantarkan kita ke pola pengobatan," kata Montagnier. Dalam penelitian yang dilakukan bertahuntahun, ia menemukan bagaimana proses AIDS, dari mulai terjadinya infeksi sampai hancurnya pertahanan tubuh. Penemuannya ini belum diketahui umum karena publikasi tentang AIDS lebih banyak menoleh ke hasil penelitian di AS. Menurut Montagnier, sebenarnya HIV hanya menyerang satu sel dari 10.000 selT. Sel ini adalah "jenderal" sistem pertahanan tubuh yang menurunkan komando melawan bibit penyakit. Dari mengenal bibit penyakit sampai memerintahkan pembuatan antibodi. Lalu, mengapa pertahanan tubuh bisa runtuh? Montagnier menemukan sel-sel T setelah terinfeksi melakukan "bunuh diri". Selsel ini melakukan kontak di antara mereka sehingga protein yang dikandungnya rusak. Karena proses bunuh diri inilah, pada masa delapan tahun, jumlah sel T tinggal 10%. Dr. Haryanto menjelaskan, hingga kini Montagnier masih terus meneliti bagaimana kaitan HIV dengan proses bunuh diri sel T itu terjadi. Kenyataan ini penting dalam menentukan pola pengobatan AIDS. Karena virus bukanlah satu-satunya pangkal AIDS yang harus diburu. Sementara ini, menurut Haryanto, semua pengobatan seperti penggunaan Azydothymidine (AZT) diarahkan ke upaya menghancurkan HIV. Soal HIV, Montagnier mengutarakan, terdapat dua jenis HIV, yaitu HIV I dan HIV II. Struktur dasar kedua virus ini sama dan dua-duanya menimbulkan AIDS. Tapi secara genetik kedua virus itu berbeda. HIV I, yang lebih ganas, menular terutama melalui hubungan seks, menghancurkan imunitas dalam waktu 8 sampai 10 tahun. HIV II, yang menular terutama dari ibu ke anak, merusak kekebalan sekitar 10 sampai 15 tahun sesudah penularan terjadi. Dalam penelitiannya yang mutakhir, Montagnier menemukan subtipe HIV. "HIV mengalami mutasi ketika berkembang dalam tubuh," Haryanto menjelaskan. Dari mutasi ini muncul berbagai virus turunan yang tergolong subtipe HIV. Kenyataan ini kembali mengungkapkan, HIV bukan satu-satunya pangkal AIDS. Karena itu, perlu diteliti virus turunan ini dan dampaknya dalam menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Selain meneliti virus, Lembaga Pasteur Paris yang dipimpin Luc Montagnier juga mencari kemungkinan membuat vaksin yang bahan dasarnya protein HIV. Tetapi ia masih menemukan kesulitan memisahkan protein-protein yang dikandung virus, mana protein virus dan mana protein sel T. Bila pemisahan ini bisa dilakukan, pembuatan vaksinnya sendiri relatif lebih mudah. Tentang AIDS di Indonesia, Montagnier mengingatkan, janganlah di sini melakukan kesalahan seperti telah dilakukan Muangthai. Ia menilai bahwa sebelumnya para ahli dan pemerintah Muangthai bersikap tertutup dan tidak peduli. "Diam, seolah-olah seperti tidak terjadi apa-apa, tahu-tahu jutaan orang sudah terinfeksi HIV," katanya. Jim Supangkat dan Susilawati Suryana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus