Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis Kimberly Chew mengatakan semakin tua usia menyebabkan otak semakin lambat menyerap informasi baru yang mengubah persepsi terhadap waktu. Hal ini membuat saat usia bertambah waktu terasa semakin cepat karena menurunnya pengalaman baru atau “kejadian pertama” yang melibatkan emosi, seperti hari pertama sekolah, hari pertama ke luar negeri dan sebagainya. “Itulah sebabnya sepuluh tahun pertama masa kanak-kanak sering kali terasa lebih lambat dan lebih berkesan. Momen-momen ini menonjol karena bersifat baru dan melibatkan emosi,” katanya sebagaimana dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu 9 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Mengenal Apa Itu Jam Analog dan Cara Membacanya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Banyak dari Anda juga terbiasa dengan rutinitas, ketika hidup menjadi rutinitas, hari-hari kita mulai bercampur, membuat waktu terasa kurang jelas dan lebih seperti berlalu begitu saja,” katanya.
Chew menjelaskan bahwa persepsi seseorang terhadap waktu sangat erat kaitannya dengan cara kita memproses informasi visual. Saat masih anak-anak, otak menyerap banyak sekali gambar dan pengalaman baru, sehingga waktu terasa lebih lambat dan lebih luas.
Namun, saat dewasa, otak orang menerima lebih sedikit gambar baru karena sebagian besar gambar yang ditemui sudah Anda kenal. Dengan lebih sedikit masukan baru, waktu terasa berlalu lebih cepat. "Berkurangnya asupan informasi visual baru ini adalah alasan lain mengapa tahun-tahun terasa kabur," kata Chew.
Ia juga menambahkan penggunaan media sosial juga memiliki dampak terhadap perubahan persepsi waktu ketika bertambahnya usia.
Psikolog sosial Jonathan Haidt menjelaskan bagaimana menghabiskan terlalu banyak waktu di dunia virtual – tempat interaksi tidak dialami secara langsung – dapat membuat orang merasa lebih terputus daripada terhubung.
Chew menambahkan bahwa kurangnya koneksi ini tidak hanya meningkatkan kemungkinan timbulnya gangguan suasana hati atau kecemasan, karena orang-orang di media sosial sering kali berpikir tentang berada di tempat lain daripada hadir, tetapi juga membuat mereka merasa terpisahkan dari waktu dan kenyataan.
Chew menyarankan ia memberikan saran untuk lebih menikmati waktu dengan cara menciptakan pengalaman baru. Hal ini bisa membuat jangkar memori untuk memperjelas waktu. Liburan singkat, perjalanan darat, atau menjelajahi sudut-sudut tersembunyi di kota yang sudah kita kenal dapat membantu.
Dia merekomendasikan aktivitas yang meningkatkan kreativitas dan perhatian, keduanya dapat membantu memperlambat persepsi kita tentang waktu. Untuk benar-benar menikmati waktu dan menghindari perasaan terjebak dalam satu fase kehidupan, kita perlu memproses pengalaman masa lalu kita daripada membiarkannya berlama-lama tanpa terselesaikan.
“Jika tidak memproses peristiwa penting dengan benar, pikiran kita mungkin secara tidak sadar akan melekat pada peristiwa tersebut, membuat kita merasa seperti sedang berjalan otomatis alih-alih melangkah maju dengan sehat,” katanya.
Pilihan Editor: Kapan Waktu yang Tepat Minum Air Kelapa?