Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tanaman telah digunakan untuk mengobati penyakit sejak zaman dahulu yang dikenal sebagai obat herbal dengan khasiat beragam. Sebagian orang menggabungkan obat kimia dan herbal secara bersamaan agar mendapatkan khasiat lebih baik. Namun gabungan ini memberikan interaksi antara fitokimia dalam obat herbal dan bahan aktif obat kimia melalui beberapa mekanisme yang didefinisikan farmakokinetik dan farmakodinamik.
Dilansir dari sebuah artikel imlah yang terbit di Jurnal.unimus.ac.id, farmakokinetik dan farmakodinamik dapat mempengaruhi aktivitas farmakologis, kadar darah, metabolisme, atau toksisitas obat allopathic. Sebab, obat herbal mengandung campuran kompleks fitokimia yang biasanya diproduksi sebagai metabolit sekunder. Obat herbal dapat dengan mudah mengandung lebih dari 150 bahan sehingga mengidentifikasi faktor penyebab efek samping dan interaksi menjadi sulit. Selain itu, efek samping interaksi obat herbal kurang dilaporkan oleh pasien.
Interaksi farmakokinetik secara khusus merujuk pada perubahan, yaitu peningkatan atau penghambatan dalam penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat herbal yang dikonsumsi bersamaan dengan obat kimia. Sementara itu, interaksi farmakodinamik mencakup efek farmakologis yang sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik dapat mengakibatkan perubahan dalam konsentrasi obat serum yang dapat mengubah respons klinis.
Secara keseluruhan, interaksi dari obat kimia dan herbal terjadi ketika keberadaan obat lain, makanan, atau minuman mengubah efek dari satu jenis obat. Selain itu, kombinasi terapeutik juga dapat menyebabkan perubahan tak terduga dalam kondisi pasien ketika mengonsumsi herbal dan obat kimia bersamaan. Kondisi ini berpotensi menjadi interaksi yang signifikan secara klinis dan memperburuk kesehatan.
Dikutip dari sebuah jurnal yang terbit di Tandf Online, tingkat keparahan interaksi herbal dan obat kimia secara farmakokinetik didasarkan pada toksisitas obat yang diberikan bersama ketika plasma meningkat melebihi konsentrasi racun minimum atau konsekuensi plasma terapeutik tidak tercapai. Seseorang yang menggunakan obat dengan jendela terapi sempit berisiko lebih besar karena perubahan relatif kecil dalam kadar darah obat ini sehingga menyebabkan kegagalan terapi.
Selain itu, keadaan dan kondisi tertentu mengharuskan pasien dipantau secara teratur ketika menggunakan herbal bersamaan dengan obat kimia. Kelompok pasien ini paling rentan menggabungkan dua jenis obat tersebut, termasuk mereka yang diobati dengan indeks terapeutik sempit (digoksin, warfarin, obat imunosupresif, beberapa obat anti-retroviral, teofilin, fenitoin dan fenobarbital). Tak hanya itu, pengawasan ketat ketika mengonsumsi obat herbal dan obat kimia juga dilakukan kepada penderita gangguan hati, ginjal, pasien lanjut usia, neonatus, wanita hamil, pasien transplantasi organ, dan gangguan genetik.
Namun beberapa pasien sangat membutuhkan pengobatan alternatif dan tambahan untuk membantu menyembuhkan penyakit atau mengurangi efek samping. Pasien yang membutuhkan konsumsi obat herbal dan obat kimia bersamaan adalah penderita kanker. Beberapa pasien kanker menggunakan sebanyak delapan suplemen herbal saat kemoterapi.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, terdapat cara aman dalam kombinasi obat kimia dengan herbal, tetapi lebih baik berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli herbal atau dokter dalam Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT) di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Setelah konsultasi, seseorang perlu memperhatikan waktu mengonsumsi obat agar aman dan efektif. Menurut Dalimartha, Ketua II PDPKT, minum herbal sebaiknya dua jam sebelum atau sesudah mengonsumsi obat kimia. “Selama waktu itu, biasanya proses mencerna obat sudah selesai sehingga interaksi tidak diinginkan bisa dihindari dan efektivitas herbal yang dikonsumsi tetap terjaga," kata dia.
Pilihan Editor: Suka Pakai Obat Nyamuk? Selalu Cek Kandungan Bahan Kimianya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini