Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Jamais vu kontradiksi dari dejavu. Jamais vu dalam Bahasa Prancis berarti, tidak pernah terlihat. Seperti namanya, jamais vu mengacu otak manusia, ketika seseorang merasa dia tidak pernah mengalami peristiwa di sekitarnya. Bahkan pun jika peristiwa itu sangat akrab dengannya.
Apa itu jamais vu?
Mengutip Fandom, jamais vu dalam psikologi digunakan untuk menggambarkan situasi yang akrab, tapi tidak dikenali. Jamais vu sering digambarkan sebagai kebalikan dari dejavu. Jamais vu berkaitan rasa takut dan kesan orang yang mengalaminya melihat situasi untuk pertama kali, walaupun secara rasional mengetahui dirinya telah berada dalam situasi sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jamais vu lebih sering dijelaskan sebagai saat seseorang untuk sesaat tidak mengenali kata, orang, atau tempat yang sudah diketahui. Fenomena ini sering dikelompokkan dengan dejavu dan presque vu, ketiganya biasanya disebut sebagai The Vus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ahli psikologi dan saraf Chris Moulin melakukan penelitian terhadap 92 partisipan untuk menulis kata pintu sebanyak 30 kali dalam 60 detik. Di Konferensi Internasional tentang Memori, Sydney, ia menjelaskan sebanyak 68 persen partisipan menunjukkan gejala jamais vu, seperti mulai meragukan pintu adalah kata yang nyata. Menurut Moulin, kelelahan otak serupa mendasari fenomena ketika mengamati orang yang mengalami skizofrenia.
Penyebab orang mengalami jamais vu
Mengutip laman science.howstuffworks.com, penyebab pasti orang mengalami jamais vu masih misteri. Itu juga karena hanya sedikit penelitian tentang fenomena ini. Tapi, Chris Moulin menduga kemungkinan dipengaruhi lobus temporal otak. Bagian besar otak di belakang telinga berfungsi untuk mendapat memori dan pengenalan wajah.
Orang dengan epilepsi lobus temporal sering melaporkan mengalami dejavu. Jarang kondisi jamais vu sesaat sebelum mengalami kejang. Beberapa orang yang bergejala migrain juga telah melaporkan jamais vu sebagai bagian dari kondisi nyeri kepala sebelah itu. Kondisi itu pula gejala sebelum timbulnya sakit kepala.
Banyak dari apa yang diasumsikan tentang jamais vu berasal dari apa yang telah dilihat dalam penelitian dejavu. "Dejavu biasanya merupakan gejala dari fungsi sistem kognitif yang sehat dan membutuhkan tingkat kecekatan mental," kata Moulin. "Kami berharap hal yang sama berlaku untuk jamais vu, tapi itu masih harus diuji secara eksplisit."
Sama seperti dejavu, para peneliti memperkirakan cenderung sedikit jamais vu di antara orang-orang dengan gangguan kognitif. "Bahkan penuaan yang sehat terjadi penurunan dejavu seiring bertambahnya usia," kata Moulin.
Satu pemikiran mempertanyakan jamais vu mungkin terkait dengan delusi Capgras, gejala skizofrenia ketika seseorang percaya orang atau tempat yang dikenalnya telah digantikan oleh duplikat atau penyamaran penipu. Tapi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendukung klaim itu.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.