Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Alice Norin, Model ternama Tanah Air mengumumkan bahwa dirinya didiagnosa mengidap kanker sarkoma. Ia mengatakan kanker sarkoma yang dideritanya kemungkinan besar merupakan penyakit bawaan yang diturunkan oleh ibunya. Pada 2008 lalu, ibunda dari Alice Norin berpulang akibat menderita kanker.
"Aku divonis kanker sarkoma, yakni kanker langka yang berkembang di otot rahim. Enggak, ini lagi enggak bercanda, buat apa penyakit dibercandain, kan. Walau di awal dengar aku berpikir seperti itu," kata Alice Norin dalam video yang diunggah di Instagram pada Jumat, 16 Februari 2024.
Kanker Sarkoma yang diderita oleh Alice Norin merupakan salah satu kanker langka yang berkembang di otot rahim. Kondisinya saat ini dapat dikategorikan sebagai kondisi gawat atau emergency karena pertumbuhan pembuluh darah di dekat miom yang sudah semakin bertambah.
Kanker sarkoma sendiri adalah jenis kanker yang berkembang di jaringan ikat seperti otot, lemak, tulang, tulang rawan, dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan, kanker dapat terjadi di tubuh bagian mana saja yang memiliki jaringan ikat.
Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre Richard Quek menyatakan pemahaman kanker sarkoma belum begitu dipahami oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan penelitian terkait kanker sarkoma sangat kompleks dan belum banyak data nasional resmi yang menganalisa mengenai penyakit
Kesulitan ini semakin bertambah karena prevalensi sarkoma dan bagaimana mengelola penyakit tersebut masih sangat terbatas. “Ini sering menyebabkan diagnosis yang terlambat atau tidak akurat, yang kemudian menyebabkan penanganannya juga tidak tepat,” ujarnya.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kompleksitas kanker sarkoma mencakup 70 sub-tipe dan secara umum pasien akan dibagi dalam empat subtipe utama sarkoma. Hal ini menyebabkan kanker sarkoma sulit dideteksi.
“Kanker sarkoma ini bisa dikatakan sebagai penyakit langka dan hanya 1 persen orang dewasa yang terkena. Umumnya, kasus ini sering dijumpai pada pasien dewasa muda dan remaja. Padahal, kelompok usia tersebut sebetulnya tidak rentan terkena penyakit ganas atau berbahaya,” ujarnya.
Terlambatnya para pasien kanker sarkoma mendeteksi penyakitnya dikarenakan gejala yang timbul pada kanker sarkoma hampir sama dengan penyakit-penyakit ringan lainnya. Dengan gejala ringan ini, para penderitanya akan terlambat sadar bahwa dirinya mengidap kanker sarkoma.
“Sebab, gejalanya sangat mirip dengan penyakit-penyakit ringan sehingga sulit dideteksi, apalagi oleh dokter umum yang sangat jarang menangani kasus sarkoma,” tutur dokter yang juga mendirikan Singapore Sarcoma Consortium pada 2013 dan Asia Sarcoma Consortium pada tahun 2015 sebagai wadah untuk penelitian dan pendidikan profesional.
Dapat Terus Kembali
Dr. Richard Quek juga mengatakan kanker sarkoma sulit diobati karena suatu saat akan kembali menyebar di tubuh penderitanya walaupun sebelumnya sudah pulih.
"Bisa. Kalau kanker tidak menyebar ke jaringan lunak bagian tubuh lain, kemungkinan kambuh sekitar 40 persen," ujar konsultan senior onkologi medis dari Parkway Cancer Centre (PCC), Dr. Richard Quek di Jakarta.
Pengobatan kanker sarkoma akan menggunakan kombinasi operasi, kemoterapi dan radiasi, sampai amputasi. Keadaan pengobatan kombinasi ini dapat disesuaikan dengan jenis sarkoma dan letak perkembangan kankernya.
"Untuk bagian perut, leher, tentu tak bisa dengan amputasi. Inilah yang menjadi tantangan untuk kami," kata dia.
Kemoterapi dan atau radiasi menurut hli bedah ortopedi dari Parkway Hospitals, Dr. Leon Foo digunakan untuk memperkecil ukuran sarkoma yang akan memudahkan proses operasi. "Teknik ini memungkinkan kami untuk memperkecil efek samping serta menyelamatkan lebih banyak jaringan dan fungsi tubuh," kata Leon.
ADINDA ALYA IZDIHAR | HANIN MARWAH NUKRHOIRANI | ANTARA
Pilihan Editor: Divonis Kanker Sarkoma di Rahim Alice Norin: Aku Akan Menopause Dini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini