Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Festival Yi Peng digelar setiap malam bulan purnama di bulan ke-12 kalender lunar Thailand. Salah satu kawasan di Thailand yang merayakan festival ini dengan megah adalah di Chiang Mai. Festival ini dirayakan dengan menerangi jalanan dan gang dengan cahaya lilin, hingga meluncurkan ribuan lentera ke langit tengah malam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Festival Yi Peng kini menjadi bagian dari daftar World Night View Heritage. Daftar yang mengakui dan menghormati tempat-tempat dan acara-acara di seluruh dunia yang menawarkan pemandangan malam hari yang indah. Selain itu, juga digunakan untuk membantu mempromosikan pariwisata.
Asal usul Festival Yi Peng
Festival Yi Peng juga dikenal sebagai Festival Lentera Langit. Kata Yi Peng, berarti “dua” dan “hari bulan purnama”. Tradisi Ini berasal dari Kerajaan Lanna kuno, atau “Kerajaan Sejuta Sawah”, yang terletak di wilayah utara Thailand sekarang. Selama festival, umat Buddha Thailand melepaskan lentera sambil menyampaikan permohonan. Mereka percaya bahwa tindakan tersebut, disertai dengan perbuatan baik, keinginan tersebut akan terwujud.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tradisi yang berlangsung sejak abad ke-13 ini bertujuan untuk memberi hormat kepada Buddha dan menerima nilai serta kebajikan sebagai balasannya. Sejarah festival ini paling baik dipahami melalui pembacaan teks daun lontar, yang dilakukan setiap tahun selama perayaan. Menurut legenda, seekor burung pembawa lilin terbang mengelilingi Buddha, yang menjelaskan bahwa burung tersebut memperoleh pahala dan akan diberkati dengan kebahagiaan besar di kehidupan selanjutnya dengan menerima penghormatan melalui cahaya lilin.
Waktu perayaan Festival Yi Peng
Dilansir dari laman Travel and Leisure Asia, awalnya, festival Yi Peng dirayakan secara khusus. Namun dalam beberapa tahun terakhir, festival ini diadakan bersamaan dengan Festival Loy Krathong, yang merupakan perayaan tradisional Siam, untuk menghormati Dewi Air dan Buddha.
Perayaannya juga menandai peralihan dari musim hujan ke musim dingin, bertepatan dengan malam bulan purnama di bulan ke-12 dalam kalender lunar Thailand. Dirayakan pada minggu kedua atau terakhir bulan November, tahun ini festival Yi Peng digelar pada 15-16 November di Chiang Mai. Wisatawan bisa melihat festival tersebut dari beberapa kawasan seperti Gerbang Tha Phae, Sungai Ping, Jembatan Nawarat, dan Monumen Tiga Raja.
Namun juga bisa memesan tur khusus, baik untuk pribadi maupun grup, yang tersedia di beberapa platform perjalanan. Turnya mencakup antar-jemput, lokakarya pembuatan lentera, dan kunjungan ke kuil. Biaya tur berkisar antara US$135 hingga US$ 450 (sekitar Rp2,3 juta hingga Rp7,1 juta).
Aktivitas yang bisa dilakukan selama Festival Yi Peng
Selama Festival Yi Peng, wisatawan dapat bergabung dengan komunitas atau kelompok lokal untuk melepaskan lentera dan melihatnya melayang di salah satu dari banyak ruang publik yang ditentukan. Jangan lupa sambil membuat permohonan. Sedangkan bagi pecinta fotografi, festival ini momen yang tepat untuk mengabadikan nyala api dalam kondisi cahaya redup.
Setelah itu, mengunjungi dan mempelajari tentang Monumen Tiga Raja. Didirikan pada tahun 1984, monumen ini menampilkan patung perunggu yang menghormati persahabatan raja-raja Laos bagian utara, yaitu Raja Mangrai, Raja Ram Khamhaeng, dan Raja Ngam Muang dari Phayao.
Di lokasi monumen ini juga terdapat banyak kegiatan selama festival berlangsung bersamaan dengan ritual ibadah Budha sehari-hari. Jangan lewatkan menjelajahi Chiang Mai melalui tur untuk menemukan lebih banyak atraksi serupa.
Pilihan editor: 8 Pasar yang Menarik untuk Wisata Belanja di Chiang Mai