Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah penderita diabetes di dunia naik empat kali lipat dalam dua dekade terakhir. Menurut laporan The Lancet, 830 juta orang didiagnosis diabetes pada 2022. Jumlah itu naik empat kali lipat dibanding 1990 menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di antara para penderita itu, sekitar separuhnya tidak minum obat untuk mengontrol diabetes. Prevalensi penyakit itu tumbuh cepat di negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah, di mana akses pengobatan juga terbatas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
WHO juga menyebut diabetes telah menyebabkan kematian pada 1,6 juta orang di 2021 dan hampir separuhnya terjadi pada yang belum berusia 70 tahun. Sementara 530 ribu kematian lain disebabkan penyakit ginjal. Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) menyebut empat alasan berikut sebagai pemicu kenaikan kasus diabetes.
Pola makan
"Pola makan tinggi lemak dan gula olahan bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2," tulis ADA. Organisasi itu menyarankan untuk memperbanyak minum air putih dibanding minuman manis.
Kurang aktivitas fisik
"Aktivitas fisik kurang dari tiga kali seminggu bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2," pesan ADA. Karena itulah orang dewasa dianjurkan berolahraga intensitas sedang setidaknya 150 menit dalam seminggu dan pada dua hari lagi melakukan latihan kekuatan otot.
Obesitas
Berat badan berlebih memang meningkatkan risiko diabetes namun ADA mengingatkan banyak penderita diabetes dengan berat badan normal atau hanya sedikit kelebihan berat badan. Sementara di 2022, WHO mengklaim satu dari delapan orang mengalami obesitas.
Riwayat keluarga
"Punya orang tua ada saudara kandung yang menderita diabetes tipe 2 bisa meningkatkan risiko pada seseorang untuk mengalami hal yang sama," jelas ADA.
Gaya hidup sedenter
"Gizi buruk dan gaya hidup tak sehat adalah inti dari kenaikan itu, terutama pada populasi yang rentan, yang sering kesulitan mengakses layanan kesehatan dan tak mampu menyediakan makanan sehat," kata Dr. Arti Masturzo, kepala staf medis di CCS di Ohio, Amerika Serikat.
"Makanan sehat itu mahal, begitu juga menjadi anggota pusat kebugaran, yang artinya tak semua orang mampu mengaksesnya, atau mereka tinggal di daerah terpencil," jelasnya kepada Fox News Digital.
Pakar diet dan nutrisi di Pennsylvania, Jessica M. Kelly, juga menyebut makanan tak sehat sebagai biang keladi kenaikan kasus diabetes. "Jumlah penderita diabetes naik karena kemudahan memesan makanan tak sehat dari rumah," tuturnya.
Hal itu juga menyebabkan naiknya gaya hidup sedenter, yang juga berkontribusi pada kenaikan risiko diabetes. Menurut laporan WHO, sekitar sepertiga orang dewasa di dunia tak mampu memenuhi anjuran level aktivitas fisik pada 2022.
Kelly menyarankan pasien diabetes untuk berkonsultasi dengan ahli diet yang bisa membantu menentukan jenis makanan sehat untuk mengontrol gula darah. Memperbanyak aktivitas fisik juga akan membantu menurunkan risiko diabetes tipe 2, katanya.
Pilihan Editor: Hati-hati, Gangguan Kesehatan Mental Bisa Memperparah Diabetes