Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Es selendang mayang khas Betawi yang kini sudah mulai langka, diburu para pengunjung kawasan wisata Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Saking langkanya, ada beberapa keluarga yang khusus datang ke Setu Babakan sekedar menikmati kuliner tradisional itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fitri, misalnya, bersama keluarganya selalu ke Setu Babakan setiap tahun. Di sanamereka tak pernah absen menikmati es selendang mayang. ""Kalau ke sini, pasti beli es selendang mayang, soalnya jarang. Saya cuma nemu di dua tempat aja, kalau enggak di sini, ya di Kota Tua Jakarta," kata dia, Sabtu, 17/6.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Serba Betawi di Setu Babakan
Salah seorang pembeli lainnya, Rafi, mengaku pertama kali berkunjung ke Setu Babakan. Ia pun bersama saudaranya memborong es selendang mayang karena rindu akan rasa tradisionalnya itu.
"Terkahir minum itu lima tahun lalu, sudah lama banget. Jadi beli ini rasanya nostalgia, mengingat masa-masa dulu, " kata Rafi. Ia mengaku rindu akan rasa segar dan manis asli dari adonan gula aren dicampur dengan santan dan es itu.
Es selendang mayang terdiri dari lembaran-lembaran yang terbuat dari tepung beras berlapis warna hijau, putih dan merah. Bahan itu kemudian dicampur pacar cina serta diguyur dengan santan dan gula aren. Agar lebih segar, biasanya ditambah es batu. Jadi, selain menghilangkan dahaga, es selendang mayang juga mengenyangkan.
Salah seorang penjual es selendang mayang, Bang Atip, mengaku telah berjualan es selendang mayang selama 10 tahun. Resepnya pun ia terima turun menurun dari keluarga. Saat ini ia dibantu anaknya.
"Selain sebagai mata pencaharian, saya juga mau melestarikan kekayaan budaya Betawi," kata Bang Atip.. Di saat khusus seperti libur Lebaran ini, dia bisa mendulang keuntungan lebih. Dalam sehari dia mampu menjual enam tampah, dibanding hari biasa yang hanya satu tampah.
Dalam satu tampah ada sekitar 50-60 porsi selendang mayang. Dan satu porsinya dihargai Rp8.000. "Kalau ramai begini bisa dapat Rp400 ribu sehari. Pada hari biasa di bawah itu Rp200.000an," kata dia. Saat berjualan, Bang Atip juga berbusana khas Betawi, lengkap dengan aksesoris peci serta sarung.
ANTARA
Artikel lain: Menunggu Penari Seblang Banyuwangi Trance dalam 7 Hari