Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Atasi Nyeri Punggung dan Ejakulasi dengan Pijat Prostat

Pijat prostat digunakan sebagai cara alternatif yang berpotensi untuk meringankan nyeri punggung. Mau coba?

23 September 2019 | 22.05 WIB

Nyeri punggung
Perbesar
Nyeri punggung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Konon, para pemijat prostat sering dipuji. Selain karena kemampuan untuk merangsang dan meningkatkan orgasme hingga beberapa kali atau intens, mereka berhasil meyakinkan para laki-laki untuk merogoh kocek cukup dalam untuk merasakan kenikmatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Aneros, sebagai pusat pijat prostat peraih penghargaan memberlakukan kebijakan baru. Aneros, dalam sebuah surat elektronik yang ditujukan pada publik, menyatakan bahwa pijatan yang dilakukan tersebut dipatenkan secara medis sebagai cara alternatif yang berpotensi untuk meringankan nyeri punggung. Mungkin terdengar ganjil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prostat adalah kelenjar kecil di panggul pria yang merupakan bagian dari sistem reproduksi. Sederhananya, prostat merupakan organ berbentuk mirip kenari yang ada di antara penis dan anus serta mengeluarkan cairan saat terjadi ejakulasi, sekaligus mendorong ejakulasi. Hal tersebut diketahui dapat berdampak pada punggung.

Saat terjadi peradangan pada prostat, otot-otot di sekitar terasa seperti dipuntir sehingga menyebabkan nyeri pada selangkangan dan berakhir pada ejakulasi yang terasa menyakitkan atau sulit buang air kecil.

Duduk terlalu lama dan gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan terjadi peradangan pada prostat. Spesialis urologi setuju jika peradangan disebabkan infeksi, biasanya dipicu oleh sakit pada bagian tubuh lain atau cedera pada prostat.

Penyakit tersebut dikenal dengan nama prostatitis. Tidak semua laki-laki mengalaminya. Dalam beberapa kasus kronis, prostatitis menyebabkan nyeri pada punggung.

Ilustrasi masalah prostat. Parentsafrica.com

Beberapa, atau bahkan hampir semua laki-laki, kemungkinan terserang prostatitis. Prostatitis tidak pandang usia. Prostatitis atau pembengkakan dan peradangan pada daerah prostat menyebabkan nyeri punggung.

Dr. Jesse Mills, seorang ahli yang bekerja cukup lama dalam membedah segala macam mengenai prostat menjelaskan bahwa nyeri punggung juga dapat disebabkan karena adanya masalah pada ginjal, hernia, kanker tulang atau kejang otot, yang tidak berhubungan dengan prostat.

“Pijat prostat digunakan sebagai langkah untuk mengobati prostatitis di awal abad 20. Pada dasarnya, pijat prostat bertujuan untuk memperlancar sekresi dalam prostat, pijatan tersebut dapat menghilangkan tekanan-tekanan yang menyebabkan sekresi tidak lancar,” jelas Mills, dikutip dari Men’s Journal.

Namun, para ahli memperingatkan pasiennya untuk ejakulasi sebanyak yang mereka bisa. Saat seseorang memutuskan untuk mengonsumsi antibiotik, maka pijatan tersebut hanya berfungsi sebagai terapi.

Fokus prostatitis hingga saat ini masih mengategorikan pijat prostat sebagai pengobatan alternatif. Mills kembali menjelaskan bahwa beberapa spesialis prostatitis tetap merekomendasikan pijat prostat untuk kasus kronis atau situasi lain, di mana penyebab infeksi utamanya tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan atau antibiotik.

Manajer produksi Aneros, Forrest Andrews, mengungkapkan bahwa pada 1995, seorang dokter asal Jepang yang hingga saat ini masih aktif membuka usaha pijat prostat menghampiri pendiri Aneros, Jiro Takashima. Keduanya setuju untuk membangun tempat pijat untuk para pasien yang tidak terlalu peduli apakah tempat pijat tersebut sesuai dengan aturan-aturan yang dikemukakan oleh spesialis urologi.

Setelah mendapat pasien di 1998, Aneros mulai menjual jasa pijatnya, tentu saja tanpa melewati uji FDA, di bawah merek produksi obat alternatif High Island Health. Selang beberapa tahun kemudian, berdasarkan pendapat acak dari para pelanggang mengenai orgasme intens, Aneros mulai menjual mainan seks.

“Pijatan pada bagian prostat berpotensi merelaksasi otot-otot panggul yang rawan mengalami kejang. Jika efek terapi nonfarmakologi minim, kemungkinan dapat menjadi cara alternatif yang lebih tradisional dari praktik dokter,” jelas Mills.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus