Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Awas, Kesemutan Bisa Jadi Gejala Awal Kerusakan Saraf

Kesemutan yang merupakan gejala awal kerusakan saraf berlangsung cukup lama dan tidak hilang hanya dengan menggerakkan anggota tubuh.

27 Maret 2019 | 21.00 WIB

Ilustrasi kesemutan. Shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi kesemutan. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir semua orang dewasa pernah merasakan kesemutan. Jika berada dalam posisi yang sama dalam jangka waktu lama, kadang-kadang muncul rasa tidak nyaman, antara kebas dan tertusuk-tusuk. 

BacaSering Kesemutan? Waspada Lumpuh, Cek Penelitiannya

Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia atau Perdossi Pusat dan Konsultan Neurologis, Manfaluthy Hakim, mengatakan bahwa kesemutan terjadi karena saraf tidak mendapat nutrisi dari darah. Dan kondisi seperti itu bisa jadi merupakan gejala awal kerusakan saraf atau neuropati.

Tapi tak semua kesemutan merupakan gejala neuropati. Contohnya jika duduk bersila lima menit, lalu kaki terasa kesemutan. Tapi begitu diluruskan gejalanya hilang. “Itu baru gangguan fungsi saraf, belum neuropati,” kata Manfaluthy di acara "Love Your Nerve with Neurobion" di Jakarta, Rabu, 27 Maret 2019. 

Kesemutan yang merupakan gejala awal kerusakan saraf berlangsung cukup lama dan tidak hilang hanya dengan menggerakkan anggota tubuh atau stretching. Menurut Manfaluthy, kondisi ini menunjukkan kerusakan pada bagian selubung saraf. “Ibarat kabel, terjadi korsleting. Ini menyebabkan gangguan fungsi saraf,” kata dia. 

Neuropati ringan seperti itu masih bisa disembuhkan 100 persen. Caranya dengan berolahraga dan mengonsumsi vitamin B untuk mencegah kerusakan lebih parah dan regenerasi saraf. Selain dari suplemen, vitamin B dapat diperoleh dari makanan sehari-sari seperti kacang-kacangan, beras merah, dan daging merah.

Tapi jika dibiarkan, selubung yang rusak itu bertambah parah dan menyebabkan saraf putus atau rusak. Dalam kondisi ini, penderita akan merasakan kebas atau mati rasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keadaan ini akan berlanjut pada saraf-saraf lainnya. Dan jika saraf yang putus terbilang banyak, akan muncul rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Sensasi yang dirasakan pun akan berbeda. “Dikasih sentuhan sayang, yang dirasakan seperti digaruk-garuk,” ujar Manfaluthy.

Lebih lanjut lagi, jika dibiarkan saraf akan mati. Ini akan menimbulkan dampak yang lebih parah, yaitu kelumpuhan. 

Lalu, bagaimana mengatasinya? Menurut Manfaluthy, jika kerusakan saraf sudah melebihi 50 persen makan tidak dapat disembuhkan. “Pengobatan dilakukan hanya supaya tidak bertambah berat, tapi tidak akan bisa normal,” kata dia.

BacaAlami Tangan Kebas atau Kesemutan Tiba-Tiba, Waspada Stroke

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus