Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Berita Tempo Plus

Hidup Sehat tanpa Pemanis

Sejumlah warga urban membatasi konsumsi makanan dan minuman berbahan gula atau pemanis. Gaya hidup sehat tanpa pemanis. Tren yang menarik dalam menyambut Hari Diabetes Sedunia pada 14 November ini.

 

 

13 November 2022 | 00.00 WIB

Pengunjung makanan sehat pada sebuah restoran di Grand Indonesia, 11 November 2022/TEMPO/Magang/Muhammad Ilham Balindra
Perbesar
Pengunjung makanan sehat pada sebuah restoran di Grand Indonesia, 11 November 2022/TEMPO/Magang/Muhammad Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Gaya hidup minim gula membutuhkan komitmen dan konsistensi agar tak menyerah di tengah jalan.

  • Pergaulan turut mempengaruhi kekuatan seseorang dalam menjalani pola hidup minim gula.

  • Banyak orang tak menyadari telah terkena diabetes karena tak mengalami gejala.

POLA hidup sehat dengan membatasi konsumsi gula di tengah perkembangan industri makanan dan minuman manis bukan hal mudah. Seseorang butuh komitmen dan konsistensi untuk menghindari produk makanan dan minuman kekinian yang bercita rasa manis. Pengetahuan dan pemahaman tentang bahaya di balik kebiasaan konsumsi makanan atau minuman berbahan gula, salah satunya bisa memicu diabetes, menjadi fondasi gaya hidup berbeda tersebut.

Sherlina Euodia, 28 tahun, telah menjalaninya selama enam tahun terakhir. Pencinta kopi ini telah meninggalkan kegemarannya pada varian kopi susu gula aren yang sedang tren di kalangan anak muda. Hampir setiap hari dia hanya memesan black coffee tanpa gula atau pemanis.

“Saya anak kopi. Hampir setiap hari minum kopi untuk bekerja. Tapi sejak 2017 sudah tanpa gula. Malah jadi lebih terasa aroma dan rasa kopinya,” kata pekerja swasta asal Bekasi, Jawa Barat, ini kepada Tempo, Jumat, 11 November lalu.

Sherlina berkisah, dia sangat menyukai minuman manis sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Saat itu saban jam istirahat atau pulang dia memesan minuman yang diolah dari kemasan sachet. Seiring dengan pertambahan usia, dia pun mulai keranjingan minuman kemasan dan soft drink yang kerap berada di etalase minimarket.

Kebiasaan itu berhenti saat dia mulai memasuki semester akhir kuliah. Saat itu dia sempat menonton sebuah video yang menunjukkan efek minuman soda yang bisa melepaskan bekas kotoran atau kerak pada lantai atau benda. Meski tak menjelaskan secara detail, dia juga sempat membaca sebuah buku psikologi yang menjelaskan hubungan berlawanan antara kecemasan dan konsumsi gula.

“Dulu banyak yang bilang kalau stres makan cokelat atau es krim. Ternyata hal itu sebenarnya justru berbahaya,” ucap Sherlina.

Keputusannya pun makin bulat ketika menyaksikan seniornya di kampus mendapat vonis diabetes. Dia melihat bagaimana penyakit akibat tingginya kadar gula dalam darah tersebut merusak tubuh dan kehidupan sehari-hari. Temannya tersebut pun harus menjalani hidup yang ketat hanya untuk memperpanjang usia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus