HOTEL mewah dan sangat terkenal di dunia, Warldorf Astoria di New York, gemerlapan dan meriah. Di sinilah para raja, pangeran, milyuner, atau bintang film terkenal biasa menginap atau santai. Di sini pula,18 Mei lalu, dipergelarkan peragaan busana batik yang pertama di Amerika Serikat. Tampak multijutawan Rockefeller menggandeng istrinya. Juga Huffington, pemilik perusahaan Huffco Oil yang juga beroperasi di Indonesia. Nyonya Huffington memesan ballgo?n, gaun panjang sampai tumit, untuk pesta dansa resmi. Ia penulis otobiografi Almarhumah Maria Callas, soprano dan pacar raja kapal milyuner YunAi, Mendiang An Onnasis. Santap malam seperti itu setiap tahun diselenggarakan oleh Asia Society, mengambil tema salah satu negara Asia, untuk mengeduk dana. Tahun ini, untuk pertama kalinya, pilihan jatuh pada Indonesia. Kebetulan, Yayasan Indonesia Jaya - yang diprakarsai Menlu Mochtar Kusumaatmadja - sedang berusaha memperkenalkan kebudayaan Indonesia di luar negeri. Kesempatan itu juga semacam prevtew bagi penyelenggaraan Festival Indonesia pada musim gugur 1990 mendatang selama setahun penuh, di New York, Los Angeles, San Francisco, Houston, dan Dallas. Setelah menghadiri malam dana itu, Menlu Mochtar terbang ke Washington menemui Menlu AS George Shultz. Dan Jumat 22 Mei, mereka mengumumkan rencana festival tersebut. Perancang mode terkenal Iwan Tirta, yang berperan pada malam dana itu, sangat puas. "Ballroom yang luas itu penuh sesak. Orang Amerika bukan hanya heran pada batiknya, tapi juga pada perhiasan emas yang dikenakan para peragawati. Kok Indonesia bisa bikin begitu," kata Iwan. Harga tiketnya US$ 500 per orang, dinner show itu diseling tari Bali dan tari Jawa ciptaan Bagong Kussudiardjo. Busana yang dipamerkan semuanya dengan bahan batik tulis. Beberapa di antaranya diprada emas, seperti ballgown. Sementara itu, daydress (baju harian) dan cocktail dengan teknik tiedye (jumputan). Bahan dasarnya dari sutera asli, katun, atau organza. "Orang Amerika kebanyakan tidak suka bahan sintetis yang banyak diproduksi di Indonesia," kata Iwan. Tapi ia yakin, batik dapat dijadikan bahan untuk busana mewah bertaraf internasional yang disebut haute couture. Penawaran busana dan perhiasan - rata-rata berharga Rp 2 juta per potong - laku lumayan. "Wah, kita kerja keras. Saya juga harus bantu menyetrika, karena tenaga kurang. Nggak mampu bawa tenaga banyak, sih," ujar Iwan. Dua perusahaan penerbangan mensponsori dia. Untuk jurusan Jakarta-Amsterdam, Garuda memberi potongan 50%. Sedangkan dari Amsterdam ke New York, KLM memberi karcis gratis. Business class, pula. Di New York, Iwan Tirta punya sebuah toko batik. "Tapi kecil saja, kok," ujarnya merendah. Ia baru saja berbicara dengan pihak Sarinah New York, mengenai kemungkinan bisa menyewa ruang depan. Ia optimistis, tokonya laris. "Asal kita menjual barang dengan selera yang tepat, dan bukan barang kodian," katanya lagi. Sarinah sendiri menempati sebuah gedung yang cukup baik di belakang Guca, toko peralatan darl kulit yang terkenal, antara dua kawasan elite Madison Square Avenue dan Fifth Avenue "Karena saya menempati ruang depan, mudah-mudahan pengunjung Sarinah melimpah. Sebab, toko saya, yang akan saya tata menarik, pasti dilirik oleh orang yang lewat di jalanan,"katanya lagi. Ia tak akan menjual sembarang batik, karena selera, gaya, dan "musim" orang AS agak lain. Yang akan dipajang nanti antara lain gaun-gaun eksklusif untuk corner highfashion, blus, kemeja, bathrobe, dan peralatan rumah tangga yang berfungsi dalam rumah tangga orang Indonesia. Ia tak lupa juga menawarkan perhiasan. "Yang saya boyong ke Amerika sini memang emas asli. Tapi yang diiual nanti cuma copy-nya, dari perak," katanya. Ia sedang merintis bekerja sama dengan pemodal setempat untuk mengolah batu perhiasan di sana, agar biaya produksinya murah dan tidak dibebani pajak terlalu banyak. Bagaimana cara Iwan berpromosi? Ada saja akalnya. Barusan, misalnya, ia diundang penyanyi beken Grace Jones. "Saya kasih dia satu selendang besar sebagai hadiah ulang tahun. Tubuhnya 'kan tinggi besar. Eh, kontan dia pakai, ?" ujarnya. "Saya juga ketemu Mick Jagger dan kawan-kawannya. Mereka pada mau beli di toko saya," kata Iwan bangga. "Pokoknya, toko itu sejak semula memang saya rancang untuk orang-orang Amerika yang berduit," katanya. Minggu lalu Iwan Tirta diwawancarai TV swasta CBS untuk acara Lifestyles of the Rich and amous. Acara ini sangat menarik. Beberapa orang beken pernah muncul, mulai dari milyuner Howard Hughes sampai bintang film Liz Taylor. Juga tokoh-tokoh lain yang bisnisnya maju, kaya, terkenal. Dan Iwan Tirta, dinilai termasuk seorang di antara mereka. Awak kerja acara Lifestyles CBS awal Juni ini ke Indonesia untuk merekam kegiatan dan pabrik batik Iwan. Majalah terkenal lational Geographic juga memotret dan mewawancarai selama dia di New York. "Wah, aku disuruh tiduran di antara batik-batikku. Dasar aku ini bakul batik," ujarnya. Iwan memang bakul. Walau bukan sembarang bakul batik seperti di Pasar Tanah Abang Jakarta atau Pasar Klewer Solo. Ia bakul batik raksasa untuk orang-orang kaya .... Laporan Toeti Kakiailatu (Vancouver, Kanada)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini