Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan orang bernama Asep mengaku kecewa tak jadinya kegiatan Bandung Lautan Asep yang semula akan digelar di Taman Kiara Artha Kota Bandung, Sabtu, 28 September 2024. Mereka mendaat undangan dari aplikasi perpesanan WhatsApp, setiba di lokasi tak ada kegiata yang disebut itu.Para Asep pun kecewa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama Asep. Nama ikonik khas Sunda ini tak jarang kita temui di mana pun. Namun, tahukah Anda bahwa saking banyaknya penyandang nama tersebut sampai terdapat satua komunitas perkumpulannya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Antara, Paguyuban Asep Dunia atau PAD merupakan gerakan sosial yang pada awalnya lahir di dunia maya sejak tahun 2008. Paguyuban Asep ini pertama kali digagas oleh Asep Iwan Gunawan yang penasaran membuat sebuah group: "How Many Asep There Are in Facebook?"
Pada 1 Agustus 2010, atas inisiatif Asep Kambali, dan didukung oleh Asep Iwan Gunawan, Asep Bambang Fauzi, Asep Rahmat dan Asep Dudi, PAD lahir menjadi gerakan sosial yang masif dan konkret.
"PAD merupakan wadah silaturahmi dan aktualisasi diri orang-orang yang bernama Asep di seluruh Dunia. Kita menyadari, bahwa persoalan bangsa ini sangatlah kompleks. Maka para pemilik nama Asep yang tergabung dalam PAD hadir dengan membawa misi pelestarian budaya," ujar Asep Kambali dikutip dari Antara.
Nama Asep sendiri dalam istilah bahasa Sunda, berasal dari kata Kasep, yang berarti ganteng. Nama Asep sering kali mempunyai turunannya seperti Acep, Atep, dan Cecep. Nama Asep tak hanya digunakan oleh masyarakat suku Sunda, tapi nama ini ternyata sudah tersebar di berbagai daerah di luar Jawa Barat.
Ini sangat menarik dan mengejutkan, diantara ratusan pendaftar Konferensi Asia Afrika atau KAA yang memiliki nama Asep, ternyata ada beberapa pemilik nama Asep berjenis kelamin perempuan. Bahkan, ada beberapa nama Asep yang mendaftar, tetapi mereka bukan berasal dari suku Sunda dan tidak berdomisili di Jawa Barat,” kata Asep Tutuy Turyana.
Paguyuban ini juga tak rutin melakukan Konferensi Asep Asep setiap tahunnya. Konperensi ini pertama kali digelar pada 2015 di bawah inisiasi Asep Kambali.
“Konperensi ini terinspirasi dari Konf erensi Asia Afrika yang telah membawa perubahan bagi dunia. Oleh sebab itu Konperensi Asep Asep yang juga disingkat KAA ini diharapkan dapat membawa perubahan positif seperti Konperensi Asia Afrika tersebut,” ujar Asep Kambali.
Paguyuban yang berawal dari grup Facebook ini semakin besar dan banyak menggelar acara formal. Dari pertemuan kecil yang dihadiri belasan orang bernama Asep, kata Asep Tutuy, tercetus berbagai macam ide atau masukan mengenai permasalahan terkini yang dihadapi bangsa ini.
"Awalnya hanya silaturahmi biasa, namun di sana ada ide-ide atau gagasan dari para Asep. Kami ingin para Asep ini keberadaannya bisa lebih dirasakan dan bermanfaat oleh yang lainnya," ujarnya.
Paguyuban ini juga sempat menggelar beasiswa sekolah dengan salah satu syaratnya ialah peserta harus bernama Asep. Hal ini ditujukan untuk menarik minat orang tua supaya menamai anaknya Asep yang sudah mulai jarang digunakan.
LINDA LESTARI I ANTON SEPTIAN
Pilihan Editor: Nama Asep Makin Langka,Paguyuban Asep Siapkan Beasiswa