"MENYEMBUHKAN seorang alkoholis sama sulitnya dengan membujuk
seseorang supaya masuk ke dalam agama kita. Sebab bagi seorang
alkoholis minuman alkohol sudah menjadi 'agama'. Saya sendiri
selama 28 tahun jadi dokter selalu gagal dan si penderita
kemudian mati di tangan dokter lain karena levernya rusak,"
ungkap Prof. Dr. Kusumanto Setyonegoro, psikiater yang punya
nama internasional dengan kedudukannya sebagai Wakil Ketua World
Federation of Mental Health.
Alkoholis umumnya datang menjumpai seorang dokter dengan diantar
keluarganya. Sekalipun dia mengakui kecanduan alkohol sebagai
sesuatu yang buruk, namun niat untuk meninggalkan minuman selalu
terhalang. Karena kepribadian mereka yang lemah, begitu masuk
kembali ke masyarakat mereka mulai lagi minum untuk menenangkan
pikiran.
Ketagihan alkohol itu menurut beberapa ahli penyakit jiwa sukar
ditinggalkan. Badannya keringatan, tak bisa tidur dan sering
diiringi gejala penyakit jiwa, misalnya selalu melihat semut
mengerubungi tubuhnya. Supaya mereka tenang dokter biasanya
memberikan obat penenang.
Kusumanto menilai alkoholisme sebagai masalah sosial belum
begitu menonjol. Kurang berarti bila dibandingkan dengan
narkotika. Tetapi dia melihat penyakit itu sudah punya pintu
masuk lewat berbagai fasilitas hiburan yang terdapat di
kota-kota besar. "Saya khawatir kalau kita tidak cepat-cepat
melakukan tindakan pencegahan. Berbeda dengan narkotika, alkohol
dengan mudah dan resmi bisa diperoleh orang dimana-mana,"
katanya.
Menurut catatan yang ada pada Kusumanto, alkoholis yang
tergolong kecanduan hingga tak bisa lepas dari alkohol,
jumlahnya tak seberapa. Dia sendiri paling banyak "ketamuan" 10
alkoholis. Sanatorium-sanatorium penyakit jiwa, begitu pula
rumah-rumah sakit yang punya pelayanan penyakit jiwa boleh
dikatakan tak pernah menerima alkoholis. "Sedangkan angka-angka
alkoholis yang jadi pasien bagian penyakit dalam karena
mengalami gangguan pada lever, belum pernah saya dengar," kata
dr. Sukardi, seorang psikiater yang kini memimpin Klinik dokter
Sukardi."
"Saya belum pernah menemukan penderita gawat karena alkohol,"
kata dr. Merdias Almatsier, 37 tahun, ahli saraf dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Sulit untuk menentukan berapa
kadar alkohol yang bisa membahayakan. Karena masing-masing
orang, menurut Merdias punya kemarnpuan untuk menetralisasi
alkohol yang masuk ke dalam tubuh . "Makin tua seseorang makin
tinggi tingkat toleransinya," ulas Sekretaris Jenderal Ikatan
Dokter Indonesia itu. Netralisasi alkohol itu dilakukan oleh
hati (lever). Jika tingkat kecanduan seseorang sudah sedemikian
rupa tingginya maka hati akan rusak.
Sedangkan Prof. Dr. Mahar ardjono, ahli saraf dan Rektor Ul
beranggapan, "tidak hanya hati, seluruh organ bisa rusak." Di
Spanyol kata Mahar:banyak anak-anak yang terkena Macchiavava,
penyakit yang menyerang otak dan mengakibatkan organ berpikir
itu menjadi bebal dan dungu. Penyakit itu menyerang karena
anak-anak di sana terbiasa minum anggur yang berkadar alkohol
tinggi.
"Anak-anak sama sekali tidak boleh diberi alkohol. Tapi untuk
mereka yang berusia di atas 18 bolehlah asal jangan kelewat
batas. Alkohol sekali-sekali bermanfaat juga untuk melebarkan
pembuluh darah. Saya sendiri kadang-kadang juga minum bir," kata
Mahar seraya senyum.
Tetapi beberapa ahli penyakit jiwa menganggap sebaiknya alkohol
ditinggalkan sama sekali. Prof Kusumanto beranggapan kebiasaan
minum minuman berkadar alkohol rendah pun sebaiknya
ditinggalkan. "Karena dari sedikit orang menjadi peminum tetap
dan banyak." Kalau sudah telanjur si pecandu diancam oleh
penderitaan yang sulit diatasi. "Sekalipun dia berhasil
menghentikan kebiasaan minum alkohol itu, si penderita akan
mengalami gejala apa yang disebut withdrawal yang kadangkala
bisa mengakibatkan kejangkejang dan gelisah terus-menerus.
Penyakit saraf seperti ini paling sulit penyembuhannya," dr.
Merdias Almatsier menimpali.
Dibandingkan dengan laki-laki maka wanita paling lemah terhadap
pengaruh alkohol. Mereka lebih gampang rusak organ hatinya.
Sebuah survei yang dilaksanakan di London tahun 1977 menunjukkan
bahwa wanita menderita lebih banyak dan lebih gawat penyakit
kerusakan organ hati dibandingkan dengan laki-laki. Sekalipun
alkohol yang mereka minum lebih sedikit. Kalau diobati, wanita
juga lebih sulit sembuh dan mati lebih muda dibandingkan dengan
penderita laki-laki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini