Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bukan Serangan Jantung, Tapi Sindrom Patah Hati, Apa Itu?

Sindrom patah hati ini ternyata bisa mematikan seperti serangan jantung.

27 Oktober 2017 | 11.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Patah Hati (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Texas -  Ketika Joanie Simpson bangun pagi dengan dada dan bahu terasa sakit, dia mengira terkena serangan jantung.

Dokternya, Abhijeet Dhoble, MD, seorang kardiolog di Houston’s Memorial Hermann Heart & Vascular Institute, juga semula mengira Simpson mengalami serangan jantung. Tapi tes yang kemudian dilakukan menyatakan hal berbeda. Katanya sakit yang dirasakan Joanie Simpson adalah karena patah hati. Demikian seperti ditulis WebMD.

Kasus yang dialami Simpson ini bukan dipicu karena ditinggal pasangannya. Tapi oleh kematian anjing kesayangannya, Yorkshire terrier, Meha.

Sindrom patah hati ini dikenal dengan istilah medis takotsubo cardiomyopathy. Yaitu dimana kondisi pasien mengalami serangan ‘patah’ hati, karena ruang pemompaan utama, ventrikel kiri, melemah, dan menyebabkan rasa sakit dan sesak napas. Kondisinya reversibel dan sementara, tapi bisa mengakibatkan komplikasi serupa dengan yang terjadi setelah serangan jantung.

Baca juga: Seks Oral Picu Kanker pada Pria, Simak Kata Ahli

Para ahli berpikir serangan patah hati itu disebabkan oleh banjir hormon (seperti adrenalin) yang dihasilkan selama situasi stres yang "menghambat" kerja jantung.

Dhoble menerbitkan kasus yang dialami Simpson yang terjadi setahun lalu ini dalam TheNew England Journal of Medicine.

Disebutkan bahwa sindrom patah hati ini ternyata bisa mematikan seperti serangan jantung. 

Lebih dari 6.200 kasus sindroma patah hati dilaporkan pada 2012 di Amerika Serikat, meningkat dari sekitar 300 di tahun 2006, kata Dhoble. Sebagian besar pasien adalah wanita. Kenaikan itu, katanya, kemungkinan besar karena kini lebih banyak orang tahu tentang kondisinya.

Sindrom patah hati juga tidak hanya terjadi setelah seseorang atau hewan peliharaan meninggal dunia, kata Jeffrey Decker, MD, kepala seksi kardiologi klinis di Frederik Meijer Heart & Vascular Institute of Spectrum Health di Grand Rapids, MI.

"Pasien saya seorang wanita yang frustrasi dengan perusahaan listrik," katanya. Yang lainnya adalah stress karena putrinya kehilangan pekerjaannya, kata Decker, juga seorang asisten profesor kedokteran di Michigan State University. Baca juga: 4 Trik Memilih Suplemen Agar Stamina Tetap Oke

"Hampir selalu ada stresor yang sangat berbeda. Jika Anda bertanya kepada pasien dengan hati-hati, mereka akan memberitahukannya kepada Anda."

Sekitar 95 persen pasien sembuh dalam waktu satu atau dua bulan. "Biasanya prognosisnya cukup menguntungkan," kata Decker. Pasien biasanya mendapatkan obat yang sama yang digunakan untuk mengobati gagal jantung kongestif untuk mendukung dan menguatkan jantung. Kematian jarang terjadi pada orang yang tidak mengalami komplikasi, dengan tingkat kematian kurang dari 3 persen.

Pada saat follow up 1 tahun, kondisi Simpson sudah membaik. Orang-orang yang memiliki kondisi ini sekali lebih rentan untuk mengalaminya lagi, namun Simpson mengkonsumsi obat jantung dan mengatakan bahwa dia tidak memiliki masalah lain. 

WEBMD | SDJ

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus