Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sampah organik (garbage/sampah basah) adalah sampah yang bisa terurai secara alami, tetapi baunya yang tidak sedap jika menumpuk akan sangat mengganggu dan mengundang serangga yang mengancam kesehatan manusia. Sampah jenis ini memiliki kandungan air yang lebih banyak dan alami dari hasil hayati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan demikian, cara pertama yang Anda harus lakukan adalah memisah antara jenis sampah organik seperti sayur dan buah dengan anorganik seperti plastik dan aluminium. Pemerintah telah berupaya menyosialisasikan kampanye 3R, yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle sampah-sampah masyarakat di mana pun tempatnya. Urai sampah Anda untuk menghasilkan biogas dan manfaat lainnya.
1. Buat Eco Enzym Menjadi Cairan Pembersih
Eco Enzym adalah salah satu metode efisien dalam pengelolaan sampah organik. Konsumsi buah-buahan di rumah seperti pisang, mangga, jeruk, maupun jenis buat berkulit lainnya kini harus menjadikan Anda lebih peka dan inovatif. Bukan hanya jenis buah, melainkan sayuran masakan rumah tangga. Jenis-jenis makanan bergizi tersebut jangan Anda buang sisanya. Dengan exo enzym, sisanya akan dibuat menjadi cairan fermentasi. Salah satunya berguna untuk membersihkan kuman-kuman toilet, lantai, dapur, dan pembersih kaca. Dengan demikian, Anda akan lebih menekan anggaran rumah tangga untuk hal kebersihan ini dan dialokasikan pada hal yang lebih dibutuhkan seperti membayar tagihan listrik. Lalu, bagaimana cara Anda membuat eco enzym secara mandiri? Berikut langkah sederhananya
- Sediakan botol plastik bekas, gula merah yang sudah dihaluskan, air kran, dan sampah organik buah-buahan atau sayuran yang sudah dipotong-potong kecil
- Campur semua bahan-bahan tersebut di dalam botol plastik bekas yang tersedia
- Diamkan selama 3 bulan sehingga menjadi cairan fermentasi. Pada minggu pertama, Anda perlu membuka botol fermentasi sampah organik tersebut sehingga gas alami di dalamnya keluar. Kemudian, diamkan hingga 3 bulan tersebut.
2. Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos
Kompos alami dibuat dari sampah organik melalui proses pelapukan dibantu oleh mikroorganisme. Untuk membuat kompos, ada tiga teknik yang bisa Anda pilih seperti menggunakan keranjang, komposter, dan lahan tanah luas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut ini cara mengolah sampah organik menggunakan alat komposter. Namun, pertama Anda harus memulai dari membuat campuran larutan 4 jam sebelum dicampur sampah organik.
Komposter
- Siapkan bahan-bahan komposter terlebih dahulu. Antara lain, tutup, wadah, pipa udara, pintu hasil, penyaring, dan pipa sudah terdapat lubang udara atau outlet air di bagian bawah.
- Lalu, siram dengan larutan penggembur tanah secukupnya. Kira-kira, sekitar 3% dari volume sampah jika menggunakan kalkulasi.
- Beri 1 sendok gula pasir dan air sekitar 15 liter.
Campuran sampah
- Kumpulkan sampah organik dari sayur dan buah-buahan yang telah dipotong kecil-kecil. Selanjutnya campur ke larutan komposter.
- Rendam hingga 14 hari. Sampah tersebut pasti akan menjadi bubuk-bubuk hitam kompos yang siap digunakan untuk tanaman Anda.
3. Gunakan Lubang Biopori
Lubang biopori adalah rekomendasi cara yang paling praktis bisa Anda lakukan untuk mengelola sampah organik di rumah dalam waktu yang cukup singkat daripada harus menunggu berbulan-bulan lamanya. Lubang biopori yang Anda terapkan akan meredusir samoah-sampah organik. Hasilnya pun akan memberi asupan nutrisi bagi hewan atau biota tanah. Untuk membuat lubang biopori, gunakanlah pipa biasa yang berisikan sampah organik tersebut. Siapkan alat-alat berikut ini:
- Bor biopori atau bor tanah
- Pipa PVC dengan penutup yang sudah dilubangi di bagian pinggirannya
- Sampah organik rumahan
- Air kran
- Kawat (jika Anda tidak memakai penutup pipa yang dilubangi)
Anda bisa menaruh lubang biopori ini di taman rumah atau tanah-tanah yang cocok. Dengan demikian, sampah organik di dalam pipa ini mampu menjadi serapan yang baik dan mencegah banjir.
NIA HEPPY | ALFI MUNA SYARIFAH