Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rasa cemas yang muncul saat menerima berita buruk terkait COVID-19 merupakan respons wajar buat siapa saja. Namun, perlu diwaspadai jika kecemasan sudah berubah menjadi berlebihan hingga menghambat aktivitas sehari-hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pandemi merupakan kondisi yang tidak terhindarkan. Kini yang paling penting adalah bagaimana cara kita merespons kondisi pandemi,” ujar spesialis kejiwaan Klinik Angsamerah, I Gusti Ngurah Agastya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut sejumlah kiat untuk mengurangi kecemasan saat menerima berita buruk tentang pandemi, seperti dipaparkan oleh Agastya dan psikolog klinis dan forensik Kasandra Putranto.
Pastikan informasi COVID-19 dari sumber yang valid
Menurut Agastya, memastikan informasi dari sumber yang terpercaya merupakan langkah yang sangat penting. “Jika mendengar informasi COVID-19 dari mulut ke mulut atau hanya dari media sosial, justru akan membuat kita jadi lebih cemas, takut, dan sedih," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Kasandra. Dalam situasi pandemi, salah satu langkah utama yang harus dilakukan adalah menjaga diri dan keluarga dari hoaks atau berita bohong.
“Bayangkan, sekarang dengan teknologi informasi di masa kini, potensi ledakan informasi hoaks dan berita bohong sangat tinggi,” jelasnya.
Batasi informasi dan interaksi dengan menghindari sumber-sumber emosi
Berita buruk terkait COVID-19 yang beredar di masyarakat merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan. Menurut Kasandra, puasa menggunakan media sosial bisa menjadi solusi. Selaras dengan Kasandra, Agastya mengatakan kesadaran untuk memberi batasan kepada diri sendiri saat menggali informasi terkait COVID-19 harus diutamakan.
“Jika berita tersebut sudah mempengaruhi aktivitas kita sehari-hari hingga tidak bisa berfungsi secara normal, ini merupakan warning dan harus stop dulu,” kata Agastya.
Jaga pikiran dan suasana hati tetap positif
“Kita harus berusaha serta menjaga pola pikir dan energi menjadi sesuatu yang positif,” ujar Agastya.
Sesuatu yang positif itu salah satunya bisa didapatkan dari informasi terpercaya. Menurut Agastya, informasi yang jelas akan membuat pikiran merespons dengan lebih positif. Selain itu, kita perlu meyakinkan kepada diri sendiri pandemi ini akan berlalu dan akan melalui masa sulit ini secara bersama-sama, jelas Agastya.
Bangun dan cari dukungan sosial terdekat
Tak bisa dipungkiri, saat menghadapi masa krisis seperti ini, dukungan sosial sangat diperlukan. Dukungan sosial bisa bersumber dari keluarga, teman, lingkungan pekerjaan, bahkan komunitas. Meski selama pandemi di rumah saja, kita tetap bisa menelepon atau melakukan panggilan video agar tetap terhubung dengan orang lain.
“Saat ini kita berada di masa kritis, apapun yang kita pilih untuk lakukan akan berbalik kepada diri kita. Saat ini yang paling tepat adalah berbuat baik kepada sesama untuk saling membantu,” kata Kasandra.
Kendalikan perasaan dengan aktivitas positif relaksasi, meditasi, dan olahraga
Salah satu cara untuk mengendalikan perasaan cemas adalah dengan teknik relaksasi.
“Teknik relaksasi merupakan teknik pernapasan secara lambat dan perlahan agar menenangkan perasaan. Itu bisa untuk menenangkan perasaan-perasaan yang kurang nyaman,” ujar Agastya.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah meditasi di rumah dan berolahraga dengan menyesuaikan kondisi.