Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Berita Tempo Plus

Cuci darah lantaran gigi

Lasse anderson menderita keracunan merkuri (hg) dari tambalan giginya. untuk membersihkan kandungan hg ia sudah cuci darah sebanyak 150 kali, dan operasi pembersihan gusi. pemakaian amalgam berkurang.

6 April 1991 | 00.00 WIB

Cuci darah lantaran gigi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
LASSE Andersson, 47 tahun, mula-mula merasakan daya ingatannya menurun sehingga susah berkonsentrasi. Punggungnya juga sakit, penglihatannya kabur serta sulit membedakan jarak. "Seluruh badan rasanya capek dan sukar digerakkan," katanya. Penyakit yang dideritanya lebih tujuh tahun itu dituturkannya pada TEMPO ketika ke Indonesia bersama tim tenis yunior Swedia pekan lalu. Ketika itu pelatih nasional tim tenis yunior Swedia ini mendampingi pemainnya mengikuti kejuaraan tenis yunior, Oktober 1982, ke beberapa negara di Eropa. Andersson yang latihan bersama Mats Wilander, Stefan Edberg, dan beberapa pemain putri, tiba-tiba lesu dan kehilangan gairah. "Biasanya, saya menang menghadapi pemain putri. Tapi waktu itu saya kalah jauh sekali," ujarnya. Kemudian Andersson ke dokter. Ia dironsen, disuruh sit up dan periksa darah. Dokter mengira ia menderita sakit pinggang. Namun, semuanya baik. Hasil tes darahnya juga negatif. Ternyata, penderitaan Andersson terus berlanjut. Rambutnya yang pirang lambatlaun berubah jadi hitam. Malah, sebagian rontok. Seluruh otot tubuhnya bergerak-gerak. Kuku jari kakinya lembek sehingga ia tidak bisa memakai sepatu. Kakinya sering kesemutan dan badannya kaku seperti robot. Guru olahraga ini terus berusaha. Seminggu sekali Andersson konsultasi pada psikolog. Yang parah, ia justru suka histeris, makin agresif tanpa alasan serta mengalami halusinasi. "Kalau saya melihat ke atas, seolah-olah lelangit rumah mau roboh dan menimpa saya," tuturnya. Enam bulan konsultasi, tidak ada hasil. Bahkan, ia mulai tak mengenal lagi teman-temannya. Ia takut ke luar rumah. Lalu si psikolog menganjurkan agar Andersson mendatangi seorang psikiater. Konsultasi berjalan seminggu sekali. Kata psikiater, dia mengalami depresi terselubung. Karena tak bisa berdiri, beberapa minggu dia absen. Sering, di saat berkonsultasi, napasnya tersengal tanpa diketahui sebabnya. Lama-kelamaan konsultasi membosankan. Apalagi ia sering berbeda pendapat dengan psikiater. Puncaknya, setelah ia dikatakan: ini semua akibat masa kecilnya kurang bahagia. Padahal, sebaliknya. "Saya pikir psikiater itu yang gila," tambah Lasse Andersson. Penyakitnya makin parah. Untuk memakai baju dan mengikat tali sepatunya saja susah. April 1984, ia berobat ke rumah sakit di kotanya, Jonkoping. Ia dilatih senam dan mandi air panas. Selama dua setengah bulan di rumah sakit itu, keadaannya kian buruk. Ia kembali lagi ke rumah. Kemudian, Andersson yang mulai putus asa itu menemukan penyebab sakit yang dialaminya selama ini. Ternyata, ia keracunan merkuri (Hg) dari tambalan atau plumber giginya. Itu diketahuinya sewaktu ia membaca di koran tentang penderitaan Krister Garpenborg, atlet pelari cepat Swedia. Andersson memiliki 18 plumber, yang dipasangnya sejak usianya remaja. Pacarnya, Mairor Johanson, menelepon Krister. Ternyata, gejala yang dialaminya sama. Namun, dokter yang memeriksanya tak yakin bahwa ia keracunan merkuri dari amalgam untuk menambal giginya. Andersson diberi obat antidepresi, Hibernal dan Tryptizol. "Obat ini untuk yang mengalami gangguan jiwa," ujarnya. Pada Juni 1985 Andersson memutuskan melakukan tes darah ulang. Hasilnya mengagetkan: hampir separuh plasma darahnya mengandung Hg. Amalgam di giginya itu diteliti. Bo Svard, dokter gigi yang menjadi temannya, mencopot benda tersebut. Namun, keadaan Andersson makin parah. Ia bertambah agresif, dan organ tubuh seperti hati juga terserang. Bahkan, setiap hari ia buang air kecil lima liter, dan buang air besar juga sulit jika tak dibantu. Konon racun merkuri masuk ke dalam tubuh sewaktu pengeboran giginya untuk ditambal. Dan uap merkuri itu ada yang terisap melalui pernapasannya. Mengapa begitu lama baru diketahui? Keracunan merkuri, menurut Dokter Udin Syamsudin, terkadang susah didiagnosis secara dini. Umumnya bila pasien yang sudah dengan gejala lupa atau linglung datang untuk diperiksa, "dokter tak memikirkan ke arah itu". Makanya, kasus yang dialami Andersson menarik. Secara teoretis, gigi aus karena terkikis bisa masuk ke dalam tubuh, dan meracuni tubuh. Menurut buku standar, ambang batas kadar merkuri 0,04 ppm (part per million, mikrogram per ml). Artinya, kalau dalam darahnya kandungan merkuri melebihi angka itu, tubuhnya sudah tercemar atau teracuni. Jika angkanya di bawah itu, masih normal. Bayangkan, kadar merkuri yang masuk dalam darah Andersson. Sebenarnya, yang berisiko tinggi tercemar Hg justru dokter gigi dan asistennya. Bukan pasiennya. "Orang yang ditambal giginya kan risikonya cuma sekali itu, yaitu pada waktu ditambal," kata Udin. Parameter lain untuk memeriksa yang tercemar Hg adalah rambut. Kasus ini pernah diteliti Udin. "Kadar dalam rambut biasanya lebih tinggi daripada dalam darah," ujar Pembantu Dekan II FK Universitas Indonesia ini. Diperkirakan kadar Hg dalam rambut 100-200 kali lebih besar dibanding yang terdapat dalam darah. "Karena Hg berpotensi pergi ke tempat yang mengandung keratin atau yang mengandung gugus SH," ujar Udin. Gugus sulfidril ini juga terdapat pada kuku. Seluruh plumber gigi Andersson dilepas pada Desember 1986. Dan kondisinya semakin bagus meski terkadang suka kambuh. Untuk membersihkan kandungan Hg, setahun kemudian para dokter di Kota Uppsala menganjurkan Andersson cuci darah. "Tapi, ia tak punya banyak uang". Melihat keadaannya demikian, banyak dermawan ingin membantunya. Misalnya Lasse Olander, Ketua Asosiasi Tenis Swedia, saat itu, dan Stefan Edberg, bekas petenis asuhannya yang sudah jadi pemain tingkat dunia, turut membantu. Hingga saat ini, Lasse Andersson sudah 150 kali cuci darah. Dan awal April ini ia cuci darah terakhir, di samping menjalani operasi pembersihan gusi. Menurut Udin, cuci darah adalah jalan terbaik membersihkan kadar Hg. Proses tersebut disebut dialisis. Kalau Hg diharapkan keluar sendiri, itu lama sekali. Dengan bantuan obat, meski ada obatnya, juga payah dilakukan. Sebenarnya, Lasse Andersson tak menyangka bisa melatih tenis kembali. Tetapi kondisinya mendekati 90 persen sembuh. Mengingat sekitar 500 ribu dari 8,5 juta penduduk Swedia menderita keracunan merkuri, tidak heran kalau Andersson diundang ke berbagai tempat untuk mengisahkan pengalamannya. Dan mulai tahun ini pemakaian amalgam untuk gigi berkurang dari 10 ton per tahun menjadi sekitar 6 ton. "Saya tidak ingin orang lain menderita seperti saya," ujar ayah satu anak yang mulai mengayun raket tenis sejak usia 13 tahun ini. "Dan sekarang saya merasa memasuki hidup baru," Lasse Andersson menutup kisahnya, sambil tertawa lebar. Rudy Novrianto dan G. Sugrahetty Dyan K.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus