Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebiasaan menggertakkan gigi saat tidur, mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang. Namun, kondisi ini bisa membawa dampak serius bagi kesehatan mulut dan tubuh jika dibiarkan terus-menerus.
Apa Itu Bruxism?
Disadur dari Medical News Today, bruxism adalah kondisi di mana seseorang menggertakkan atau menggesekkan giginya tanpa disengaja, biasanya saat tidur. Tindakan ini bisa berupa gerakan menggesekkan gigi atas dan bawah, atau bisa juga berupa pengencangan gigi tanpa pergerakan, yang dikenal dengan sebutan "klencing" gigi.
Meskipun dapat terjadi kapan saja, bruxism yang terjadi pada saat tidur lebih sering tidak disadari oleh orang yang mengalaminya. Kondisi ini, yang tergolong dalam gangguan tidur, bisa menyebabkan berbagai masalah pada gigi dan sendi rahang, bahkan bisa berpengaruh pada kualitas tidur seseorang.
Bruxism yang terjadi saat tidur sering kali tidak dapat dirasakan langsung oleh penderita. Namun, ada beberapa gejala yang bisa menjadi petunjuk bahwa seseorang menderita bruxism, di antaranya:
1. Nyeri pada wajah dan rahang
Ketegangan otot akibat menggertakkan gigi saat tidur dapat menyebabkan rasa sakit pada wajah dan rahang.
2. Kekakuan atau rasa nyeri di sekitar sendi temporomandibular (TMJ)
Sendi ini menghubungkan rahang bawah ke tengkorak, dan bruxism bisa menyebabkan rasa sakit di area ini.
3. Kepala pusing atau sakit kepala: Salah satu gejala umum bruxism adalah sakit kepala, terutama di pagi hari, akibat ketegangan otot di sekitar rahang dan kepala.
4. Gigi sensitif, rapuh, atau bahkan patah
Karena terjadi tekanan berulang pada gigi, bruxism bisa mengikis lapisan email gigi, membuat gigi lebih sensitif, atau bahkan menyebabkan gigi patah.
5. Kerusakan pada restorasi gigi
Gigi yang telah dilapisi tambalan atau mahkota gigi dapat rusak akibat tekanan dari menggertakkan gigi saat tidur.
6. Telinga terasa sakit
Posisi sendi rahang yang sangat dekat dengan telinga bisa menyebabkan rasa sakit yang merujuk ke telinga, meski tidak ada masalah langsung pada telinga itu sendiri.
Selain itu, bruxism juga dapat menyebabkan suara berisik seperti "klik" atau "grinding" saat rahang bergerak, yang bisa terdengar oleh pasangan tidur atau orang lain yang tidur dekat dengan penderita.
Bruxism yang terjadi secara terus-menerus dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, terutama terkait dengan gigi dan sendi rahang. Seperti yang dilansir dari Sleep Foundation, beberapa dampak yang mungkin timbul meliputi:
- Kerusakan Gigi: Pengikisan enamel gigi akibat tekanan berulang dapat menyebabkan gigi menjadi sensitif, lebih mudah rusak, atau bahkan patah.
- Gangguan pada Sendi Temporomandibular (TMJ): Bruxism dapat menyebabkan cedera atau ketegangan pada sendi rahang, yang mengarah pada rasa sakit dan kesulitan saat mengunyah atau membuka mulut.
- Sakit Kepala dan Migrain: Ketegangan otot yang diakibatkan oleh menggertakkan gigi dapat menyebabkan sakit kepala berulang, yang sering kali mirip dengan migrain atau sakit kepala tegang.
- Gangguan Tidur: Bruxisme dapat menyebabkan gangguan tidur, baik bagi penderita maupun orang di sekitarnya, karena suara gigi yang bergesekan dapat mengganggu kualitas tidur.
Mengatasi bruxism melibatkan beberapa pendekatan, baik untuk mengurangi kebiasaan menggertakkan gigi maupun untuk mengurangi kerusakan yang terjadi pada gigi dan rahang. Beberapa pilihan pengobatan yang bisa dipertimbangkan meliputi:
1. Penggunaan Pelindung Gigi (Mouthguard)
Mouthguard atau pelindung gigi adalah salah satu cara yang paling umum digunakan untuk melindungi gigi dari kerusakan akibat bruxism. Pelindung gigi ini biasanya terbuat dari bahan yang dapat menyerap tekanan dan mencegah gigi bergesekan langsung satu sama lain. Pelindung gigi dapat disesuaikan dengan bentuk gigi individu dan disarankan oleh dokter gigi untuk kenyamanan maksimal.
2. Terapi Pengurangan Stres
Karena stres adalah salah satu pemicu utama bruxism, terapi pengurangan stres sangat penting dalam pengobatan bruxism. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau terapi perilaku kognitif dapat membantu mengurangi ketegangan emosional dan fisik yang menyebabkan bruxism.
3. Perubahan Gaya Hidup
Menghindari konsumsi alkohol, kafein, dan rokok, serta memastikan tidur yang cukup dan berkualitas dapat membantu mengurangi frekuensi dan intensitas bruxism. Menjaga kesehatan mental dan fisik secara keseluruhan juga merupakan langkah penting untuk mengatasi bruxism.
MYESHA FATINA RACHMAN | SLEEP FOUNDATION | MEDICAL NEWS TODAY
Pilihan Editor: Ketahui Dampak Buruk Langsung Membuka HP setelah Bangun Tidur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini