Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kandungan dan kebidanan Beeleonie mengatakan melakukan hubungan intim yang dipaksakan bisa mempengaruhi kualitas sperma sehingga kegiatan tersebut tak disarankan bagi setiap pasangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Frekuensi berhubungan yang disarankan itu setiap dua hingga tiga hari sekali. Berhubungan itu jangan dipaksa, misalkan banyak wanita waktu subur harus berhubungan padahal yang demikian bisa pengaruhi kualitas sperma," ujarnya di acara “Empowering Women on The Path To Motherhood” di Jakarta, Sabtu, 7 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia itu merujuk studi yang menuturkan kualitas sperma pria bisa sangat berbeda bila diminta mengeluarkannya dalam kondisi rileks dan suasana menyenangkan dibanding dalam situasi lain.
"Ternyata kualitas sperma dari pria yang sama itu anjlok berbeda. Jadi, sebenarnya tidak baik memaksa berhubungan di waktu yang kita pikir adalah masa subur," tuturnya.
Beeleonie menjelaskan posisi saat berhubungan intim yang ternyata tidak menentukan peluang pembuahan melainkan hanya sensasi yang ingin dicapai suami istri. Menurutnya, asalkan sperma dalam kualitas baik mampu mencapai sel telur maka ada kemungkinan terjadi kehamilan.
"Enggak perlu miring kiri miring kanan, nungging depan belakang, itu sama sekali enggak berpengaruh," kata spesialis lulusan Universitas Indonesia ini.
Pentingnya perencanaan kehamilan
Sementara itu, terkait kehamilan, Kementerian Kesehatan mengingatkan pasangan suami istri pentingnya perencanaan. Salah satunya agar wanita dapat menjalani kehamilan dan persalinan aman sehingga ibu sehat dan melahirkan bayi sehat dan dapat tumbuh berkembang menjadi anak yang berkualitas.
Perencanaan kehamilan juga bermanfaat untuk mendeteksi risiko atau masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu dan janin sedini mungkin. Menurut Kemenkes, beberapa hal harus diperhatikan sebelum merencanakan kehamilan seperti kesehatan fisik dan mental dalam kondisi layak untuk hamil. Misalnya usia (20-35 tahun), jarak kehamilan 2 tahun, jumlah anak kurang dari 3, serta tanpa penyakit penyerta.
Selain itu, status gizi baik serta kesiapan mental menjadi orang tua yang bertanggung jawab agar keluarga terhindar dari tindak kekerasan dalam rumah tangga juga hal penting yang perlu diperhatikan oleh pasangan sebelum punya anak. Pasangan juga harus mudah mencapai dan mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, kesiapan keuangan (terpenuhinya kebutuhan dasar, memiliki jaminan kesehatan, dan kebutuhan transportasi ke fasilitas pelayanan kesehatan), serta dukungan suami, keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Pilihan Editor: Memahami Frekuensi Hubungan Intim yang Ideal