Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

HSDD Bikin Malas Berhubungan Intim, Apa Itu?

HSDD bisa bikin orang enggan berhubungan intim. Apa itu dan pemicunya?

10 Februari 2023 | 09.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pasangan gagal bercinta. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kandungan dan kebidanan Putri Deva Karimah mengatakan berkurang hingga hilangnya hasrat berhubungan intim dan fantasi dengan pasangan dalam waktu lama bisa disebabkan hypoactive sexual desire disorder (HSDD). Anggota Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) itu mengatakan HSDD dapat disebabkan masalah psikis dan nonpsikis atau adanya gangguan medis seperti masalah hormon dan kelainan fungsi organ.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Umumnya, kondisi ini lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria, yakni 8,9 persen pada wanita usia 18-44 tahun dan 12,3 persen pada wanita usia 45-54 tahun," jelasnya, mengutip penelitian Parish.J.Sharon et al, 2016.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah itu menuturkan beberapa penelitian lain menyebutkan satu dari 10 wanita mengalami HSDD dan sebanyak 32 persen wanita dan 15 persen pria berkemungkinan mengalami kehilangan hasrat melakukan hubungan intim yang dapat berlangsung hingga beberapa bulan.

Salah satu penyebab wanita lebih sering mengalami HSDD yakni adanya faktor perubahan hormon ketika menjelang dan memasuki usia menopause. Kondisi ini dapat menjadi masalah besar dan penting untuk diperhatikan apabila sudah mengganggu kualitas hidup serta terdapat kondisi medis yang mendasari.

"Kondisi ini tidak jarang mempengaruhi mental penderitanya, seperti stres, atau rusaknya hubungan dengan pasangan," katanya.

Tak ada gairah
Umumnya, wanita dengan HSDD tidak memiliki keinginan untuk memikirkan segala hal mengenai seks hingga berhubungan intim atau ketika berhubungan intim tidak didapatkan rasa nyaman atau kenikmatan. Hal ini akan berpengaruh pada proses siklus respons seksual wanita.

Putri menjelaskan tahapan siklus respons seksual manusia, yakni desire atau keinginan, dorongan, dan motivasi untuk berhubungan seksual. Dorongan ini biasanya timbul dengan adanya kerja dari otak (psikoneuroendokrin). Selanjutnya, arousal atau gairah saat berhubungan. Pada fase ini tahap lubrikasi pada vagina, kerja jantung, dan pernapasan semakin cepat.

Berikutnya, orgasme. Menurut Putri, hubungan intim atau hubungan seksual yang sehat akan melewati fase ini hingga mencapai puncak kepuasan. Pernapasan dan kerja jantung semakin meningkat, tekanan darah naik, terjadinya kontraksi otot yang menghasilkan ejakulasi pada pria, dan kontraksi rahim serta vagina pada wanita.

Tahapan terakhir yakni resolusi. Putri mengatakan fase ini terjadi setelah tercapainya orgasme. Tubuh akan menjadi rileks dan nyaman, pernapasan dan kerja jantung kembali normal. Namun, apabila tidak terjadi orgasme, justru ketidaknyamanan yang akan dirasakan. Apabila salah satu fase atau siklus ini tidak dilalui, maka rasa nyaman, kenikmatan, hingga orgasme tidak dapat dicapai. Alih-alih malah rasa nyeri dan terganggu yang dirasakan.

"Contohnya, wanita dengan gangguan pada arousal akan membuat daerah vagina menjadi kering karena kurangnya produksi lubrikan/pelumas untuk membasahi daerah vagina," kata Putri.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus