Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Dikaji Ibnu Sina Hingga Goethe, Psikologi Warna Bisa Memahami Emosi Jiwa

Psikologi warna adalah salah satu cara untuk memahami emosi seseorang. Warna juga bisa sebagai identitas kultural dan politik kelompok.

14 Juni 2021 | 12.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Warna, adalah salah satu cara untuk menunjukkan identitas diri dan kelompok. Mulai dari klub sepak bola, seperti The Red atau The Blues atau The Red Devil, hingga identitas politik dan agama. Kuning, misalnya dalam jagat politik Tanah Air identik dengan Partai Golkar. Hijau, sering dikesankan sebagai warna keislaman atau bisa juga dunia militer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Warna, karenanya tak hanya soal memilih merah, hjau, kuning, biru dan seterusnya, tapi ada pilihan identitas dan sikap. Termasuk di dalamnya emosi dan sifat manusia, yang itu dipelajari secara khusus dalam psikologi warna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Secara keilmuan, psikologi warna sudah menjadi bahasan sejumlah ilmuwan. Adalah Johann Wolfgang von Goethe, sastrawan terkenal asal Jerman yang memperkenalkan Theory of Colours, yang juga sekaligus judul bukunya.

Bagi Goethe, warna menyimpan dan memancarkan  kesan dan pengaruh tertentu atas emosi seseorang. Kuning, dinilai punya efek positif, menampilkan kesan gembira, suka cita. Adapun biru, bagi Goethe, dikesankan sebagai sesuatu yang negatif, memancarkan kesedihan.

Jauh di masa lampau, ilmuwan Arab yang juga seorang dokter, Avicenna atau kita kenal juga sebagai Ibnu Sina, menyatakan warna dapat sebagai cara untuk mendiagnosis dan atau melihat tanda-tanda sebuah penyakit dalam tubuh manusia.      

Secara umum, psikologi warna merupakan teori yang menjelaskan tentang pengaruh warna terhadap perasaan, suasana hati, emosi dan perilaku manusia. Tiap warna punya arti masing-masing. Misal saja arti warna merah tentu berbeda pengaruhnya dengan warna hijau.

Persepsi tiap orang pun terhadap warna umumnya berbeda-beda. Mulai dari merah, kuning, hijau hingga nila dan ungu, hampir sebagian besar orang hidup di dunia yang penuh warna. Hampir setiap orang pun memiliki warna favorit mereka. Kendati demikian ada beberapa jenis warna yang memiliki arti yang universal atau sama bagi kebanyakan orang.

Beberapa penelitian menunjukkan bagaimana warna memengaruhi kerja otak. Misalnya, kelompok warna merah memberi nuansa hangat, meliputi warna merah, jingga, dan kuning. Bahkan kelompok warna ini bisa membangkitkan berbagai emosi, mulai dari perasaan hangat dan nyaman hingga perasaan marah dan kebencian.

Begitupun kelompok warna biru dikenal sebagai warna dingin, meliputi warna biru, ungu, dan hijau. Warna-warna tersebut dideskripsikan sebagai ketenangan hingga arti perasaan sedih atau diabaikan.

Sedangkan warna hitam umumnya menggambarkan kemisteriusan, keberanian, kekuatan, atau rasa tidak bahagia. Bahkan warna gelap ini sering digunakan sebagai simbol ancaman atau kekuatan, namun juga dapat menjadi indikator kekuatan.

Sebaliknya warna putih umumnya justru menggambarkan kesucian, kedamaian, kekosongan, dan kepolosan. dalam psikologi warna, putih dinilai  melambangkan awal yang baru, serta memberikan efek yang membuat ruang terasa lebih besar dan luas.

RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus