Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom bebek (duck syndrome) istilah ini digunakan untuk menggambarkan orang yang ingin terlihat memiliki semuanya. Perumpamaan itu seperti bebek yang tampak tenang di permukaan air, tapi kakinya mendayung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Psych Central istilah duck syndrome pertama kali digunakan di Universitas Stanford. Penyebutan itu digunakan kalangan mahasiswa. Tapi, bukan berarti duck syndrome hanya terbatas mahasiswa. Merujuk Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders tanda dan gejalanya bervariasi, namun beberapa orang yang mengalami duck syndrome, biasanya berciri membandingkan diri dengan orang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada kecenderungan pula merasa seperti orang lain yang lebih baik. Ia juga menganggap seolah-olah gagal memenuhi tuntutan hidup. Orang yang duck syndrome tak diawasi dan dikritik. Ada pula kecenderungan memganggap orang lain memanipulasi situasi untuk menguji kinerja.
Faktor risiko duck syndrome
1. Pengalaman pertama tinggal jauh dari keluarga
Faktor risiko duck syndrome diperkirakan mencakup banyak aspek dari pengalaman kuliah, termasuk tinggal jauh dari keluarga untuk pertama kalinya. Peningkatan yang signifikan dalam tuntutan akademik dibandingkan saat sekolah menengah dan tekanan sosial terkait kuliah.
2. Ingin tampak sempurna
Penyebab kekinian duck syndrome termasuk tekanan yang dipengaruhi media sosial untuk tampak mencapai kesempurnaan terlepas dari semua tekanannya.
3. Minim ketahanan menerima tantangan
Faktor risiko keluarga, kecenderungan menuntut dan sangat kompetitif, menempatkan nilai tinggi kesempurnaan, dan orang tua yang terlalu protektif terhadap anak-anak. Kondisi itu membuat anak-anak minim pengalaman untuk ketahanan dan menerima tantangan untuk kekuatan mereka.
4. Depresi dan kecemasan
Duck syndrome bisa saja makin serius kondisinya jika memunculkan depresi dan gangguan kecemasan, karena reaksi stres. Risiko kondisi duck syndrome perlu dipertimbangkan sebagai jika terkait depresi dan kecemasan. Orang dengan kondisi duck syndrome biasanya memiliki sejumlah pengaruh secara biologis, psikologis, dan lingkungan. Secara biologis, depresi dan kecemasan, karena itu mungkin duck syndrome bisa dikaitkan dengan tingkat neurotransmiter yang tidak normal di otak.
Merujuk publikasi ilmiah A Study of Loneliness and Academic Anxiety Among College Students, psikoterapi berguna untuk membimbing atau perawatan orang yang mengalami duck syndrome.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.