Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sudah dua hari Tety Yulianti, 43 tahun, menginap di Paviliun Kartika, Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta. Sebelumnya pegawai negeri di kantor pemerintah DKI Jakarta itu terserang demam tinggi dan nyeri selama tiga hari. Kondisinya tak membaik meski sudah mengkonsumsi antibiotik dari dokter di salah satu klinik langganannya.
Hasil tes darah di laboratorium menunjukkan Tety positif mengidap demam berdarah dengue (DBD), dan ia mesti rela dirawat di rumah sakit. Selama dua hari sejak rawat inap, kadar trombosit dalam darahnya terus menurun, dari 127 ribu, menjadi 90 ribu, hingga 40 ribu. "Sejak semalam drop terus," kata Tety kepada Tempo di ruangan rawat inap Kartika di lantai lima rumah sakit, Selasa pekan lalu.
Karena kadar trombositnya terus turun, dokter yang menangani Tety, Letnan Kolonel Ckm Soroy Lardo, memberikan propoelix extract. Kapsul dengan kandungan ekstrak propolis ini adalah produk hasil penelitian bersama tim dokter RSPAD yang dibiayai perusahaan farmasi MDX Care Indonesia. Dua pekan lalu, tim dokter RSPAD mengumumkan hasil penelitian mereka.
Soroy Lardo, yang memimpin Sub-Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi di Departemen Penyakit Dalam RSPAD, tergabung dalam tim sebagai peneliti utama bersama tiga peneliti lain. Tawaran meneliti manfaat propolis untuk menangani DBD, kata dia, datang dari MDX Care. Dokter-dokter di rumah sakit menyambut tawaran itu mengingat jumlah pasien demam berdarah yang selalu tinggi.
Soroy mengatakan ekstrak propolis mengandung senyawa fenolik caffeic acid phenethyl ester (CAPE). Saat penderita demam berdarah memasuki fase kritis setelah hari ketiga, terdapat risiko perdarahan dan gangguan organ. Dalam kondisi seperti itu, tubuh lalu memproduksi sitokin, yang mengatur inflamasi dan kekebalan. Salah satu jenis sitokin yang meningkat adalah tumor necrosis factor-alpha atau TNF-alpha. Pada saat yang sama, kadar trombosit turun dan hematokrit meningkat. Ini bahaya. Jika tidak ditangani dengan tepat, pasien bisa mengalami kebocoran pembuluh darah, yang berujung pada kematian.
Nah, senyawa CAPE yang terdapat dalam propolis bisa berfungsi sebagai anti-inflamasi dan antiviral pada sistem kekebalan tubuh. Senyawa ini akan menekan produksi TNF-alpha sehingga fase kritis, seperti perdarahan, bisa dicegah atau dikurangi. Hasilnya, kadar trombosit ikut meningkat. Dan sang pasien besar kemungkinan terselamatkan.
Ekstrak propolis juga memiliki kandungan antioksidan dua kali lipat lebih tinggi dibanding yang terkandung dalam buah jeruk. Selain itu, pil ini mengandung enzim amilase, polifenol, asam fenolat, vitamin, dan mineral. "Antioksidan berguna dalam proses pemulihan. Semakin tinggi antioksidan, semakin cepat proses perbaikan daya tahan tubuh," kata Soroy.
Penelitian ini dilakukan sejak Mei 2012 sampai Juli 2013 dengan melibatkan 63 pasien yang dirawat inap selama tujuh hari. Usia mereka 18-45 tahun dan dibagi secara acak ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama 32 pasien yang tidak mengkonsumsi pil propolis. Sedangkan kelompok kedua mengkonsumsi dua butir pil propolis dengan kandungan masing-masing 200 miligram tiga kali dalam sehari.
Tim dokter lalu mengulang pemeriksaan hematokrit serta jumlah trombosit dan leukosit. Selain itu, melakukan tes fungsi hati dan ginjal saban hari. Hasilnya, jumlah trombosit pada pasien yang mengkonsumsi pil propolis naik signifikan pada hari keempat, mencapai lebih dari 95 ribu. Sedangkan pada kelompok yang tidak mengkonsumsi, kenaikannya lebih lambat, yakni sampai 76 ribu. Akibatnya, sementara kelompok pertama perlu dirawat inap sampai hampir enam hari, kelompok kedua hanya butuh rata-rata empat setengah hari.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Profesor Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, hingga kini memang belum ada obat yang bisa secara langsung membunuh virus dengue. Perawatan yang diberikan kepada penderita biasanya meliputi pemberian cairan dan obat untuk mengatasi keluhan seperti pusing, mual, dan nyeri. Selain itu, memberikan obat atau vitamin untuk memperbaiki kondisi pasien.
Perawatan diutamakan untuk mencegah terjadinya perdarahan yang bisa berakibat pada kematian. Pasien diperbolehkan pulang manakala tidak lagi demam dan level trombosit sudah meningkat. "Pengobatan seperti ini sifatnya suportif dan simtomatis, bukan kausal," katanya melalui surat elektronik.
Penggunaan ekstrak propolis untuk proses penyembuhan penyakit sebetulnya bukan hal baru. Senyawa ini diambil dari sarang lebah yang disterilkan. Ketua Komite Riset RSPAD Kolonel Alexander K. Gintings mengatakan ekstrak propolis bukanlah obat utama, melainkan suplemen untuk memberikan efek terapeutik sekaligus pencegahan kepada penderita demam berdarah. "Selama ini kita hanya mendengar testimoni tentang manfaatnya tanpa ada penelitian," ujarnya.
Kini tim dokter RSPAD telah membuktikan kebenaran testimoni itu lewat penelitian. Sebuah penelitian sistematis membuktikan bahwa senyawa propolis dapat membantu proses penyembuhan penderita demam berdarah. Artinya, kata Gintings, produk ini memiliki posisi yang sama dengan obat-obat lain yang beredar di pasar. Karena keberhasilan penelitian ini, timnya bahkan berencana mengembangkan penelitian lanjutan untuk melihat manfaat propolis terhadap pengidap HIV.
Hasil penelitian pun telah dipublikasikan di beberapa jurnal kesehatan di luar negeri, seperti PubMed, World Wide Science, dan World Catalog. RSPAD juga telah meresepkan konsumsi propolis untuk pasien DBD sejak akhir tahun lalu. Satu botol ekstrak propolis berisi 50 kapsul dengan kandungan 200 miligram. Harganya semestinya cuma Rp 400 ribu, tapi sempat naik hingga Rp 800 ribu.
Salah satu yang merasakan manfaat obat tersebut adalah Indahyati, 49 tahun. Dua pekan lalu ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Veteran di Jakarta Pusat ini terpaksa mengirim Langit Rafi ke rumah sakit. Anaknya yang baru berusia 15 tahun itu mengalami demam tinggi selama empat hari. Langit didiagnosis terjangkit DBD. Salah satunya karena jumlah trombositnya yang jatuh hingga angka 40 ribu.
Indah setuju memberikan ekstrak propolis sesuai dengan yang diresepkan Soroy, yakni dua kapsul, tiga kali sehari. Selama tiga hari dirawat inap, kadar trombosit Langit meningkat signifikan, awalnya menjadi 53 ribu, kemudian 88 ribu , dan 347 ribu setelah lima hari. Langit seharusnya masih tinggal di rumah sakit, tapi Indah memaksa agar putranya itu diperbolehkan keluar untuk mengikuti ujian sekolah. "Karena ia sudah tidak demam dan trombositnya 88 ribu, dokter membolehkan. Anak saya ikut ujian seperti biasa, badan juga tidak lemas lagi," kata Indah.
Kini pasti banyak yang berharap tak ada lagi penderita demam berdarah yang tak terselamatkan. Maklum, angka kasus demam berdarah masih cukup tinggi di Indonesia. Selama semester pertama 2013, tercatat hampir 49 ribu penderita tersebar di semua provinsi. Tingkat kematian mencapai 376 orang. Tahun lalu RSPAD merawat lebih dari 2.500 penderita, hanya turun sekitar seratus dari tahun-tahun sebelumnya. Perang melawan penyakit memang tak akan pernah berhenti.
KARTIKA CANDRA
Ekstrak Propolis untuk Pasien Demam Berdarah
Kapsul dengan kandungan ekstrak propolis ini adalah produk hasil penelitian bersama tim dokter RSPAD yang dibiayai perusahaan farmasi MDX Care Indonesia. Tawaran meneliti manfaat propolis untuk menangani DBD, kata Soroy Lardo, datang dari MDX Care. Dokter-dokter di rumah sakit menyambut tawaran itu mengingat jumlah pasien demam berdarah yang selalu tinggi.
1. Saat penderita demam berdarah memasuki fase kritis setelah hari ketiga, terdapat risiko perdarahan dan gangguan organ. Dalam kondisi seperti itu, tubuh lalu memproduksi sitokin, yang mengatur inflamasi dan kekebalan. Jenis sitokin yang meningkat adalah tumor necrosis factor-alpha atau TNF-alpha.
2. Pada saat yang sama, kadar trombosit turun dan hematokrit meningkat. Ini bahaya. Jika tidak ditangani dengan tepat, pasien bisa mengalami kebocoran pembuluh darah, yang berujung pada kematian.
3. Senyawa CAPE yang terdapat dalam propolis bisa berfungsi sebagai anti-inflamasi dan antiviral pada sistem kekebalan tubuh. Senyawa ini akan menekan produksi TNF-alpha sehingga fase kritis, seperti perdarahan, bisa dicegah atau dikurangi. Hasilnya, kadar trombosit ikut meningkat. Dan sang pasien besar kemungkinan terselamatkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo