Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Embrio Lama Rasa Baru

Embrio sisa program bayi tabung wajib disimpan. Bisa untuk kehamilan selanjutnya.

14 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Embrio Lama Rasa Baru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU melahirkan anak pertamanya sembilan bulan lalu, Sri Haryati sudah berencana hamil lagi. Ia dan suaminya, Widi, bahkan telah menyimpan cadangan embrio di laboratorium. "Mumpung ada sisa embrio, kami simpan untuk kehamilan selanjutnya," kata Sri, 33 tahun, Ahad pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sisa embrio yang dimaksudkan Sri adalah kelebihan embrio yang tak ditanam saat ia menjalani program bayi tabung hampir dua tahun lalu. Kala itu, lima embrio hasil perkawinan sel telur Sri dan sperma Widi bisa didapatkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua embrio kemudian ditaruh di rahim Sri, tiga sisanya disimpan dengan cara dibekukan. Embrio yang ditanam satu setengah tahun lalu itu kini sudah menjadi bayi laki-laki lucu.

Pembekuan embrio juga ditempuh aktris Tya Ariestya dan suaminya, Irfan Ratinggang, hampir tiga tahun lalu. Sama seperti Sri dan Widi, Tya dan Irfan berhasil memiliki lima embrio dari program bayi tabung. Satu embrio yang dimasukkan ke rahim Tya membuahkan Kanaka, anak mereka yang kini berusia dua tahun. Embrio lain mereka niatkan menjadi bakal calon adik Kanaka. "Ada tiga embrio yang kami simpan," ujar Tya.

Sekitar 40 persen pasangan yang menjalani proses in vitro fertilization (IVF) alias bayi tabung punya kelebihan embrio yang tak ditanamkan di rahim seperti mereka. Para pasangan ini bisa memilih akan diapakan bakal janin tersebut, dibuang atau disimpan untuk rencana kehamilan berikutnya. "Kalau 20-30 tahun lalu, semua embrio yang dihasilkan dimasukkan ke rahim ibu. Sekarang ada pilihan untuk dibekukan," tutur dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Aryando Pradana, dalam acara "Fertility Science Week" yang digelar Morula IVF Indonesia, Ahad pekan lalu.

Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Syahnural Lubis, membekukan embrio juga bisa menjadi pilihan bagi pasangan yang belum siap memiliki anak, baik secara fisik maupun sosial. Misalnya ibu mesti menunda rencana kehamilan lantaran kondisi rahimnya belum siap ditempati janin.

Pasangan yang mesti menunda rencana punya momongan karena kesibukan juga bisa mengambil pilihan tersebut. "Jika lewat umur 35 tahun, cadangan sel telur perempuan sudah berkurang. Kualitasnya juga jelek," kata Syahnural. Mereka bisa mempertemukan sel telur dan sperma lewat program bayi tabung lebih dulu, lalu embrio hasil perkawinan disimpan. Kapan pun mereka siap, embrio itu bisa ditransfer ke rahim istri.

Tentu tak sembarang embrio bisa disimpan. Hanya bibit yang dinilai sehat yang boleh masuk ke proses pembekuan. Mulanya, cairan embrio dikeringkan. Kemudian embrio dicelupkan ke nitrogen cair bersuhu minus 196 derajat Celsius. Embrio tersebut dicairkan kelak saat akan digunakan.

Metode pembekuan embrio ini sebenarnya bukan teknologi baru. November tahun lalu, Tina Gibson, 26 tahun, dari Tennessee, Amerika Serikat, melahirkan Emma Wren Gibson, yang berasal dari embrio donor yang dibekukan pada 14 Oktober 1992. Adapun rekor terlama penyimpanan embrio di klinik Morula adalah delapan tahun. Sampai saat ini, sudah lebih dari 5 juta embrio beku ditanam di rahim ibu di pelbagai belahan dunia. "Selama ini belum pernah ada laporan kelainan," ucap Syahnural.

Ada dua cara pembekuan embrio, yakni cara lama yang lebih lambat dan cara cepat (vitrifikasi). Cara lama memakan waktu setidaknya dua jam. Kelemahan metode ini adalah lebih berisiko menghasilkan kristal es di dalam sel. Kristal es ibarat silet kecil yang tajam. Kalau muncul kristal es, embrio akan rusak dan akhirnya tak bisa dipakai.

Sedangkan pembekuan dengan vitrifikasi hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit. Cara ini dianggap lebih aman karena kemungkinan muncul kristal es lebih kecil.

Selain proses tersebut, menurut Syahnural, tak ada perbedaan antara embrio yang langsung ditaruh di rahim ibu dan embrio yang lebih dulu dibekukan. Setelah transfer embrio berhasil, peluang kehamilan tak jauh berbeda.

Peluang keberhasilan program bayi tabung pada perempuan di bawah usia 35 tahun 40-50 persen. Jika usia perempuan di atas 35 tahun, tingkat keberhasilan lebih kecil. "Makin berumur, makin turun tingkat kesuksesannya," ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Ivan Sini.

Tya Ariestya dan Irfan Ratinggang juga pernah gagal. Februari lalu, embrio yang sebelumnya dibekukan untuk anak kedua luruh setelah ditaruh di rahim Tya. "Kata dokter, kemungkinan ada masalah pada kromosom," kata Tya.

Menurut Sri Haryati, menanamkan embrio yang sebelumnya dibekukan patut dicoba ketimbang mengulang program bayi tabung dari awal. "Perjuangan mengambil sel telur untuk bayi tabung itu enggak gampang dan butuh proses. Lebih baik sisa embrio yang sudah jadi itu kami simpan untuk anak selanjutnya," ucapnya. Untuk penyimpanan embrio, tiap bulan ia merogoh kocek sekitar Rp 300 ribu.

Pemerintah mengatur pembekuan embrio ini melalui Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Pemerintah mewajibkan penyimpanan sisa embrio yang tak ditanam. Penyimpanan dilakukan sampai bayi dari embrio yang ditanam lahir. "Jadi, kalau penanaman pertama gagal, bisa digunakan cadangan embrio yang disimpan," kata Bendahara Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia, Yassin Yanuar.

Peraturan itu juga menyebutkan masa penyimpanan dapat diperpanjang setiap satu tahun atas keinginan pasangan suami-istri pemilik embrio. Kalau mereka memutuskan tak memperpanjang, embrio mesti dimusnahkan. Pemerintah juga melarang embrio ditransfer ke rahim perempuan lain atau rahim ibu sendiri jika ayah embrio tersebut sudah meninggal atau pasangan itu bercerai.

Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Arie Adrianus Polim, dokter akan menyarankan pasiennya melakukan evaluasi ulang pada tahun kesepuluh penyimpanan. Sebab, dokter juga mempertimbangkan usia ibu. "Kalau, misalnya, sudah 45 tahun, buat apa? Jika dipaksakan hamil, bisa jadi tak aman buat dia," tuturnya.

Nur Alfiyah


Proses Pembekuan Embrio
1. Pemberian hormon untuk merangsang perkembangan sel telur
2. Sel telur dan sperma diambil
3. Mempertemukan sel telur dan sperma
4. Embrio dihasilkan
5. Embrio yang berkualitas dikeringkan pada hari ketiga atau kelima
6. Embrio dibekukan dengan nitrogen cair bersuhu minus 196 derajat Celsius
7. Embrio dicairkan jika suami-istri pemiliknya siap menggunakannya

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus