Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap 21 Maret diperingati sebagai Hari Down Syndrome Sedunia (HDSD). Mengutip laman World Down Syndrome Day, peringatan HDSD di 2021 memiliki tema "Connect", dengan makna agar dapat tetap terhubung dan membagikan pengalaman ataupun pengetahuan serta mendukung kesetaraan untuk orang- orang yang mengalami down syndrome.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tema itu pun terinspirasi dari pandemi COVID-19 yang mengharuskan kita beradaptasi untuk tetap terhubung satu sama lain dan mencari cara baru untuk terus terhubung. Berikut beberapa fakta mengenai down syndrome.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Angka harapan hidup tinggi
Down syndrome bukan penyakit tapi kelainan kromosom akibat jumlah kromosomnya melebihi umumnya. Dokter kandungan Andrianjsah Dara SpOG menjelaskan normalnya manusia memiliki 46 kromosom dari 23 pasang kromosom pada saat lahir, maka orang down syndrome memiliki satu kromosom lebih.
Kelainan kromosom yang dikenal juga sebagai trisomi 21 atau kelebihan jumlah pada kromosom nomor 21 yang berjumlah tiga (tri) sementara orang normal pada umumnya hanya memiliki dua. Mereka memiliki angka kehidupan tinggi dibanding kelainan genetik lain, seperti trisomi 13 (sindrom patau) ataupun trisomi 18 (sindrom edward).
Otot lemas dan perubahan wajah
Ahli sitologi genetika Lydia Pratanu dari Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita menyebutkan dua ciri khas yang dimiliki orang down syndrome adalah lemas otot dan perubahan wajah. Lemas otot artinya pemilik down syndrome tidak memiliki otot yang kuat dan cukup lemah dalam kegiatan fisik.
Sementara untuk perubahan wajah bisa terjadi karena struktur kepala yang berubah. Keterbatasan pada fisik maupun intelektual juga umum dialami penderita down syndrome. Di samping itu, mereka juga rentan terserang penyakit karena sistem imun yang kurang optimal. Semuanya itu akibat kelebihan satu kromosom.
Stimulasi bantu hidup normal
Down syndrome bukan penyakit sehingga tidak bisa diobati. Meski demikian, stimulasi sejak awal kelahiran dapat membantu para pemilik down syndrome menjalani kehidupan normal. Stimulasi dengan melatih kekuatan otot lewat fisioterapi juga lambat laun dapat membuat kekuatan otot bertambah seiring berjalannya waktu.
Selain itu, stimulasi aktivitas seperti berjalan-jalan di taman, berkenalan dengan warga sekitar, melukis, hingga mendengarkan musik juga mempengaruhi para pemilik kelainan kromosom itu untuk dapat memahami bentuk interaksi dan sosialisasi yang ada di masyarakat. Dengan stimulasi yang tepat dan dilakukan sejak dini, orang yang mengalami down syndrome dapat hidup secara normal dan tidak terhalang keterbatasan.