Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Festival Minum Jamu, Uyup-uyup dan Secang Banyak Dicari

Jamu uyup-uyup adalah jamu yang dibuat dari bahan dasar daun pepaya yang ditumbuk halus kemudian sarinya diambil.

17 Februari 2018 | 19.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kevin Lilliana dalam busana Mbok Jamu untuk Miss International 2017. Instagram Official Puteri Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Festival Minum Jamu yang diikuti puluhan produsen jamu di Plaza Pasar Ngasem Yogyakarta, Sabtu 17 Februari 2018, diserbu ribuan pengunjung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Yang paling banyak dicari pengunjung hari ini jenis jamu uyup-uyup,” ujar Unun Matoyah, pengrajin jamu asal Dusun Kiringan Desa Canden Kecamatan Jetis Bantul Yogya yang turut sebagai peserta festival jamu itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jamu uyup-uyup adalah jamu yang dibuat dari bahan dasar daun pepaya yang ditumbuk halus kemudian sarinya diambil dan diminum dengan campuran seperti kunyit. Fungsi jamu ini untuk melancarkan air susu ibu.

Selain uyup-uyup, pengunjung juga banyak memburu temulawak dan secang yang disediakan gratis para pengrajin. Unun mengatakan para anak muda pengunjung festival itu banyak yang mencari secang. “Secang itu untuk melancarkan peredaran darah, sehingga badan enggak gampang capek,” ujar Unun.

Festival itu diikuti 55 produsen jamu yang berasal dari Gabungan Pengusaha Jamu DIY dan Paguyuban Jamu Gendong DIY. Tak kurang 2.500 gelas disediakan gratis bagi pengunjung.

Sebagian besar pengrajin jamu yang turut serta berasal dari Dusun Kiringan Desa Canden Kecamatan Jetis Bantul yang selama ini dikenal sebagai sentra pengrajin jamu di Yogya.“Ada 115 pengrajin aktif jamu gendong di Kiringan, dan satu orang pembuat jamu instan,” ujar Unun.

Seorang pengunjung festival jamu itu, Bambang Nursanto, 58, sala Kota Yogya mengatakan saat ini makin susah mencari keberadaan jamu gendong di Yogya yang berkeliling. “Kalau mau minum jamu harus pergi ke pasar-pasar tradisional, jarang yang berkeliling seperti masa saya kecil dulu,” ujarnya.

Ketua Panitia Festival Jamu Widihasto mengatakan dalam festival ini disediakan 18 jenis jamu untuk pengunjung. Yakni temulawak, secang, kencur, pahitan, semelak, sehat pria, galian singset, bir pletok, juga jamu terlambat bulan. Ada pula jamu tradisional yang populer seperti jamu watukan, serbat, pegalinu, sereh, kunyit asam, uyup-uyup, cabe puyang, wedang tetep, dan gula asam.

PRIBADI WICAKSONO

 

Rezki Alvionitasari

Rezki Alvionitasari

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus