Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mereka yang Terbuai Pesona Bag Charm

Gantungan tas yang ikonik kerap menjadi rebutan konsumen meski harganya mahal. Dianggap sebagai aksesori penting untuk padu padan gaya.

9 Januari 2025 | 16.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Vinara Ananda, pegawai swasta di Yogyakarta, dan koleksi bag charm. Dok pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kegandrungan pada gantungan tas atau bag charm mewarnai tren mode sepanjang 2024.

  • Lisa Blackpink berperan besar membuat bag charm digandrungi para perempuan di dunia.

  • Pengusaha aksesori lokal tak mau ketinggalan meramaikan pasar bag charm.

DENGAN agak bersusah payah Asa Laily mengangkat sebuah kantong besar berkelir merah ke meja kerjanya. Tas karton berukuran 60 x 60 sentimeter itu tampak menggembung dipenuhi beraneka bag charm atau aksesori gantungan tas. "Ini belum seberapa," kata kreator konten mainan itu kepada Tempo dalam wawancara virtual lewat Zoom, Kamis, 26 Desember 2024.

Perempuan 32 tahun itu kemudian mengangkat kantong lain. Warnanya putih dan lebih lebar. Tas bergambar karakter Labubu, Molly, dan Skullpanda itu juga berisi gantungan tas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Asa tak bisa memastikan jumlah koleksinya. Bukan hanya di kantong-kantong, ada pula bag charm yang ia pajang di atas meja. Jumlahnya sudah jauh berkurang. "Sekarang mungkin puluhan. Beberapa waktu lalu sempat banyak, aku sortir untuk dikasih ke orang dan dijual," ucapnya.

Dia biasa memakai koleksi gantungan tas itu di tas secara bergantian. Namun belakangan ada yang lebih sering ia pakai. Asa sedang gandrung pada gantungan tas Cry Baby—mainan boneka dengan ekspresi wajah sedih dan mata berair.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kegemaran Asa mengoleksi gantungan tas bermula ketika dia membeli boneka Labubu pada Februari 2024. Boneka karakter peri yang khas dengan telinga runcing dan senyum nakal memamerkan gigi tajam itu belum sepopuler sekarang. Berselang dua bulan, Labubu viral. 

Boneka ciptaan Kasing Lung, seniman Hong Kong, ini menjadi barang yang menarik perhatian setelah Lisa, penyanyi grup K-pop, Blackpink, mengunggah video sedang memeluk Labubu di Instagram. Lisa juga memamerkan Labubu yang menggantung di tas mewahnya. 

Sejak saat itu, Labubu dari Pop Mart menjadi incaran di seluruh dunia. Boneka ini diburu berbagai kalangan, termasuk selebritas. Di Indonesia, pesohor yang menggunakan Labubu sebagai aksesori tas antara lain Citra Kirana, Ririn Ekawati, Ussy Sulistiawaty, Felicya Angelista, Cathy Sharon, Tya Ariestya, dan Nagita Slavina.

Asa juga mulai berburu Labubu seri lain untuk menghiasi tas polosnya. Ia rela merogoh kocek Rp 1,5 juta untuk mendapatkan salah satu seri langka yang tak dijual di Indonesia. Lewat salah satu layanan jasa titip, Asa membeli Labubu Mokoko Fall Into Spring berwarna pink. "Karena lagi tinggi permintaannya, harganya tinggi banget," ujar perempuan yang tinggal di Yogyakarta ini.

Karena harganya yang lumayan menguras kantong, Asa jarang-jarang menggunakannya sebagai dekorasi tas. Labubu edisi khusus itu lebih sering dipajang di kamar atau sesekali dipakai ketika dia menghadiri acara tertentu. Boneka gantungan tas ini menarik karena bajunya bisa diganti.

Kreator konten mainan, Asa Laily, mengoleksi puluhan bag charm. Dok pribadi

Selain menggunakan boneka, Asa suka menghias tasnya dengan pernak-pernik yang tak kalah menggemaskan, seperti Tamagotchi, figur tokoh kartun, dan manik-manik, sebagai variasi. Salah satu figur favoritnya adalah Sonny Angel, boneka dari Jepang yang memiliki rupa seperti bayi. 

Figur mini tersebut tak kalah populer dibanding Labubu. Asa mengaku harus melakukan “war”—istilah untuk menggambarkan perebutan barang incaran yang populer secara online—saat membeli Sonny Angel seri Candy Store di situs penjualan resminya. "Harus cepet-cepetan. Restock-nya ratusan, tapi habisnya cepet banget," tuturnya.

Bagi Asa, penggunaan gantungan tas bisa menjadi sarana menunjukkan kepribadiannya yang mencintai barang-barang lucu dan penuh warna. Ia juga senang ketika banyak orang terkesima melihat koleksi hiasan tas yang memenuhi tasnya.

***

RINI, 33 tahun, juga kepincut pada gantungan tas Labubu karena fear of missing out (FOMO) atau takut ketinggalan tren. Ia sebetulnya membatasi bujet belanja satu bag charm maksimal Rp 300 ribu. Namun, khusus untuk Labubu seri Flip with Me, ia mengeluarkan Rp 1,1 juta. 

Rini gemar menambahkan aksesori pada tas tangannya untuk bergaya dan padu padan. Tapi ada fungsi lain gantungan tas yang ia rasa cukup bermanfaat. Gantungan Cry Baby Crying Again, misalnya, bisa ia manfaatkan untuk menyimpan kartu uang elektronik sehingga lebih praktis ketika bertransaksi membayar ongkos transportasi umum. "Berfungsi banget waktu traveling. Jadi tidak usah cari lagi di dalam tas atau dompet," katanya.

Vinara, warga Yogyakarta berusia 24 tahun, juga tak pernah lupa mempercantik tas selempangnya dengan aksesori gantungan yang lucu-lucu. Ia mengaku sudah mengoleksi 50 bag charm. Kebiasaan ini bahkan sudah ada saat dia duduk di bangku sekolah dasar, jauh sebelum muncul tren bag charm. "Kalau enggak pakai bag charm kayak ada yang kurang," ucap pegawai swasta ini.

Vinara biasanya menggantungkan tiga aksesori kecil pada tasnya agar terlihat ramai. Bila sedang berselera menggunakan model plushie atau boneka berbahan tekstil, ia cukup memakai satu aksesori. Harga gantungan tasnya pun variatif, dari Rp 25 ribu hingga yang termahal Rp 400 ribu.

Sementara kebanyakan orang memburu Labubu, Vinara justru mengincar karakter Pop Mart lain yang tak kalah populer, yaitu Hacipupu. Menurut Vinara, tak semua orang menyukai Labubu lantaran wajahnya yang seram. Hacipupu ia anggap lebih menggemaskan karena wajahnya mirip bayi.

Beberapa waktu lalu, Vinara membeli Hacipupu seri Zodiac melalui layanan jasa titip dengan harga Rp 400 ribu. "Kebetulan belinya karena FOMO, karena belum masuk Indonesia," ujarnya.


•••

BAG charm yang mewarnai tren mode pada 2024 sebetulnya bukan barang baru. Penggunaannya sudah terekam pada Abad Pertengahan, ketika orang sering menggantungkan benda penting seperti kunci, koin, dan jimat pada pakaian atau tas mereka sebagai penanda identitas dan simbol status. Fungsi ini kemudian berkembang menjadi lebih dekoratif, bahkan kini menjadi ikon mode.

The New York Times pada 19 November 2024 menuliskan, selama beberapa dekade, aksesori gantungan tas bertaut dengan Jane Birkin, ikon rumah mode mewah Hermès. Aktris dan penyanyi yang lahir di Inggris pada Desember 1946 ini dikenal suka menghias tas Birkin miliknya dengan stiker dan gantungan kunci. Di dunia maya, menurut artikel tersebut, muncul istilah "Birkinfy" untuk menyebut cara Birkin melengkapi tas tangannya. 

Gantungan tas kian mudah dijumpai dan menjadi tren lantaran berbagai jenama mode ternama ikut merilis koleksinya. Harganya tak kalah dari tas itu sendiri. Harga gantungan Speedy Monogram dari Louis Vuitton, misalnya, dipatok US$ 815 atau sekitar Rp 13 juta. Merek Miu-Miu juga mengeluarkan gantungan berbentuk rok mini yang dihargai US$ 625 atau sekitar Rp 10 juta.

Di Indonesia, pengusaha aksesori lokal turut meramaikan pasar gantungan tas. Salah satunya Sketchymo. Pemiliknya, Moudy Angela Valiant, yang akrab disapa Momo, menjajakan hiasan tas buatan tangan di media sosial Instagram dan TikTok.

Momo menawarkan jasa kustomisasi aksesori gantungan tas. Pembeli bisa menentukan sendiri material, warna, dan desainnya. Semula Momo mematok harga Rp 35 ribu per aksesori. Peminatnya cukup banyak. Ia menerima lebih dari 30 order bag charm saat pertama kali membuka pemesanan.

Seiring dengan waktu, Momo memutuskan meningkatkan kualitas aksesori gantungan tas karyanya. Harganya naik menjadi Rp 200 ribu. Gantungan tas buatannya menggunakan manik-manik yang tidak mudah pudar dan pecah. Warna tas yang didominasi pastel nan lembut pun membuatnya terlihat mewah.

Koleksi bag charm milik Asa Laily. Dok. pribadi

Alih-alih menghilang karena kenaikan harga yang cukup tajam, peminat gantungan tas berkualitas premium itu justru bertambah. Momo mengaku menerima lebih dari 30 pesanan kustomisasi per pekan. Omzetnya per bulan bisa lebih dari Rp 15 juta.

Jumlah permintaan melonjak antara lain karena penggunaan figur mini populer seperti Labubu dan The Powerpuff Girls. "Adanya figur membantu penjualan," katanya. Selain itu, Momo tidak pernah membuat hiasan tas dengan desain serupa agar pembelinya merasa spesial lantaran hanya ia satu-satunya yang memiliki model tersebut. 

Momo yakin tren bag charm bisa bertahan lama. Sebab, peminatnya kini bukan hanya anak-anak, melainkan juga orang dewasa. "Bag charm juga sesuatu yang kreatif, enggak monoton dan itu-itu saja."

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Friski Riana

Friski Riana

Bergabung dengan Tempo sejak 2015 dan kini bertugas di Desk Jeda. Ia sehari-hari melakukan peliputan yang berkaitan dengan tren gaya hidup, kesehatan, dan hobi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus