Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Garam merah muda Himalaya atau Himalayan pink salt sedang menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak orang mengklaim bahwa garam itu baik untuk dikonsumsi pasien dengan hipertensi. Benarkah demikian?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari situs Health Line, garam merah muda Himalaya berasal dari ekstrak tambang garam Khewra di daerah Himalaya, Pakistan. Layaknya garam laut, ia juga mengandung 98 persen natrium klorida.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski demikian, proses penuaian alami dari garam merah muda Himalaya ini membuatnya mengandung banyak kandungan dan elemen yang jarang ditemui garam laut pada umumnya. Hal tersebutlah yang menyebabkan banyak orang berpikir jika ini lebih ramah bagi pasien hipertensi.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) Tunggul D. Situmorang tidak setuju sepenuhnya tentang garam itu. Menurutnya, kandungan dan elemen pada garam merah muda Himalaya tidak memiliki fungsi lebih bagi kesehatan tubuh manusia.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa kandungan natrium klorida yang sama seperti garam laut menyebabkan garam merah muda Himalaya tetap tidak baik bagi pasien hipertensi. “Namanya garam dan masih mengandung natrium klorida. Ya tetap saja tidak disarankan bagi penderita tekanan darah tinggi,” katanya dalam acara Gerakan Peduli Hipertensi: Kendalikan Hipertensi, Sayangi Ginjalmu di Jakarta pada 17 Oktober 2019.
Tunggul juga mengatakan bahwa hingga saat ini, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa garam merah muda Himalaya baik untuk kesehatan pasien hipertensi. "Kedokteran menerima hal yang sudah based on evidence, bukan soal testimoni. Harus dibuktikan. Kalau memang benar, pasti sudah digunakan sebagai alternatif pengobatan juga kan?,” katanya.
Tunggul menghimbau agar masyarakat tidak mudah percaya dengan segala sesuatu yang sedang tren. Ia juga berharap agar masyarakat lebih bijak dan berhati-hati sebelum melakukan percobaan dengan penggunaan garam merah muda Himalaya. “Tanya dulu ke dokter, boleh atau tidaknya. Jangan langsung percaya karena sedang booming saja,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA