Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis jantung dan pembuluh darah Sunu Budhi Raharjo mengatakan perempuan berisiko mengalami gangguan irama jantung atau aritmia lebih tinggi dibanding laki-laki dan bisa menyerang di usia berapa pun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Gejalanya sempoyongan, kadang-kadang pingsan tapi bangun lagi. Kalau enggak bangun, dia henti jantung,” kata lulusan Universitas Indonesia itu dalam diskusi kesehatan tentang jantung di Jakarta, Selasa, 30 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sunu mengatakan gangguan irama jantung atau aritmia biasanya ditandai dengan gejala jantung berdebar tanpa alasan dan dalam keadaan tubuh tidak sedang beraktivitas. Jantung sering berdebar lebih cepat saat akan tidur. Pada kasus aritmia yang lebih parah, pasien bisa pingsan atau tak sadarkan diri.
Penanganan harus segera dilakukan dengan pompa jantung yang adekuat. Aritmia juga bisa membuat pasien kejang karena otot jantung mengalami kram. Pasien akan pingsan karena tidak mendapat pasokan darah dari jantung ke otak.
Menyerang segala usia
Aritmia dengan serangan bisa terjadi pada usia muda maupun tua. Pasalnya, aritmia bisa datang mendadak tanpa dipengaruhi faktor degeneratif atau pertambahan usia.
“Ibarat pohon muncul benalu, bukan dari pohon itu tumbuh ada benalu. Itu yang tidak dipengaruhi dari faktor degeneratif. Beda dengan serangan jantung aorta, itu banyak karena hipertensi lama, diabetes lama, kolesterol tinggi, dan paling sering adalah rokok,” jelas Sunu.
Sunu menambahkan aritmia yang sering terjadi pada wanita juga bisa menyebabkan serangan jantung yang berujung pada henti jantung. Penanganan pada periode emas harus segera dilakukan untuk menghindari terjadi henti jantung.
“Kalau serangan jantung itu diawali nyeri dada, keringat dingin yang luar biasa, sesak, itu serangan jantung. Penanganannya harus segera dibawa ke rumah sakit,” tandas Sunu.