Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang ketiga Covid-19 telah terjadi di Indonesia. Kasus Covid-19 yang dalam lima hari terakhir menunjukkan lonjakan yang signifikan dari 16.211 kasus baru pada 1 Februari 2022 menjadi 36.057 kasus baru pada 6 Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip laman Healthline, para ahli kesehatan menyatakan varian Omicron menjadi pemicu ledakan kasus Covid-19 pada masa sekarang. Omicron lebih cepat menular meski gejalanya terbilang ringan. "Bagi orang yang sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 primer, gejala infeksi Omicron yang terasa antara lain sakit tenggorokan, seperti tenggorokan kering atau gatal, bersin-bersin, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, atau pilek," kata Adam Brown, Kepala Gugus Tugas Covid-19 Envision Healthcare di Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satu temuan yang kasat mata membedakan antara infeksi Omicron dengan varian Delta yang memicu kepanikan pada Juni-Juli 2021 adalah, belum ada keluhan pasien Covid-19 varian Omicron mengalami anosmia atau kehilangan kemampuan penciuman yang signifikan. "Artinya, Omicron memang menunjukkan gejala yang relatif lebih ringan ketimbang varian Covid-19 sebelumnya," kata David Souleles, Direktur Tim Reaksi Covid-19 University of California, Irvine, Amerika Serikat.
Menurut Souleles, dalam wawancara dengan para pasien Covid-19 yang terinfeksi Omicron, sebagian besar dari mereka mengeluh sakit tenggorokan, pilek, sakit kepala, bersin, dan kelelahan. Temuan Souleles sama seperti yang disampaikan Adam Brown dan kebanyakan ahli di sejumlah negara yang mengidentifikasi gejala Omicron.
Hanya saja, Adam Brown menjelaskan, mereka yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19 kemudian terinfeksi Omicron, cenderung mengalami gejala yang lebih serius. Misalkan dalam periode awal hanya merasa pilek, lama-kelamaan berkembang menjadi gangguan pernapasan yang parah, batuh, nyeri badan, sampai kesulitan bernapan. "Dalam kasus yang lebih berat, sampai mengakibatkan pneumonia hingga kematian," kata Brown.
Dia merinci perbedaan titik daya rusak antara varian Delta dengan varian Omicron. Brown menyatakan, sejumlah penelitian menujukkan partikel Delta mengendap di paru-paru, sehingga lebih berpotensi memicu pneumonia. Sementara Omicron menyusup di sistem pernapasan bagian atas yang terdiri atas hidung, tenggorokan, dan bronkus. "Tempat virus ini bersarang mungkin saja menjadi alasan utama gejalanya berbeda," katanya.
FADHILAH PRILIA | HEALTHLINE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.