Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Varian terbaru Covid, Covid XEC, yang pertama kali mencuat di Berlin, Jerman, pada akhir Juni, telah tersebar di Eropa dan Amerika. Para ahli menyebut XEC akan mendominasi dunia, mengingat pendahulunya, yaitu varian Omicron, memiliki tingkat penularan yang cukup tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Turunan dari varian Omicron ini merupakan kombinasi atau model hybrid dari varian KS.1.1 dan KP.3.3. Mengetahui hal tersebut, Wakil Presiden Scripps Research, Eric Topol berspekulasi bahwa ke depannya XEC akan menjadi varian dominan berikutnya. “Tampaknya yang paling mungkin menyebar selanjutnya," cuitan Eric melalui media sosial X miliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip situs Times of India yang membahas lebih lanjut soal kombinasi strain pembentuk varian XEC, yaitu KS.1.1, dengan kandungan treonin menjadikan strain satu ini mudah untuk menempel pada sel manusia. Strain satunya yang sebelumnya telah menyebabkan lonjakan Covid di 80 negara, KP.3.3, memuat asam glutamat, membuatnya lebih efisien untuk menempel pada sel manusia. Oleh sebab itu tidak heran apabila Eric Topol berspekulasi demikian.
500 sampel dari 27 negara, meliputi Polandia, Norwegia, Luksemburg, Ukraina, Portugal, hingga Cina terdeteksi mengandung XEC. Bahkan analis data Covid, Mike Honey menemukan bahwa XEC menunjukkan pertumbuhan pesat di Denmark dan Jerman, seperti yang dimuat pada situs web Firstpost. XEC menampilkan dominasinya di Slovenia, lantaran 10 persen dari kasus Covid-19 di negara yang dulunya bagian dari Yugoslavia itu disebabkan oleh varian ini.
Laporan yang dimuat pada situs The Conversation menyebut, per 18 September, Amerika memegang rekor sebagai negara dengan jumlah kasus XEC terbanyak, yaitu 118, diikuti Jerman sebanyak 92 kasus, Inggris dengan 82 kasus, Kanada terdeteksi mencapai perolehan 77 kasus, dan Denmark mencatatkan torehan 61 kasus.
Daftar jumlah kasus tersebut bisa lebih tinggi di negara yang tidak secara rutin melakukan pengurutan sampel Covid. KP.3.1.1 saat ini jadi varian dominan di Eropa dan Amerika Utara, sedangkan KP.3.3 berkuasa di Asia.
Meskipun pertama kali terdeteksi di Jerman, Amerika saat ini memimpin jumlah kasus dengan paparan XEC terbanyak, yang tersebar di beberapa wilayah negara bagian, seperti South Dakota, Washington, Maryland, dan California pada awal September.
Soal gejala apa yang akan dialami oleh seseorang terinfeksi virus varian XEC, Profesor dan Kepala Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Biomedis Universitas Buffalo, Thomas Russo, dan Profesor Kedokteran untuk Divisi Penyakit Infeksi Pusat Medis Universitas Vanderbilt, William Schaffner, sepakat bahwa tidak ada gejala unik sebagai pembeda apabila seseorang terinfeksi varian XEC atau varian Covid lainnya, mengutip situs web Health.
Seseorang yang terpapar XEC bisa saja mengalami gejala Covid pada umumnya, seperti demam atau tubuh menggigil, hidung tersumbat, hidung berair, batuk-batuk, kehilangan fungsi indra rasa atau bau, sesak pada pernapasan, nyeri tubuh, sakit pada tenggorokan, merasa kelelahan, mual, muntah, sakit kepala, hingga diare. "Gejalanya mirip dengan varian Covid sebelumnya,” ungkap Konsultan Kedokteran Umum CK Birla Hospital Gurugram, Dr. Tushar Tayal, yang dimuat pada laman Times of India.
Perihal penanganan serta pengendalian akan varian baru penyebab Covid tersebut, Konsultan Penyakit Menular di Fortis Memorial Research Institute, Dr. Neha Rastogi, mengatakan bahwa vaksinasi dengan vaksin yang saat ini tersedia untuk penanganan varian Omicron diharapkan tetap efektif melawan varian XEC karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya.
Selaras dengan itu, Kepala Regional Penyakit Menular untuk Kaiser Permanente Southern California, Dr. Elizabeth Hudson, menambahkan, “Ada sedikit tumpang tindih, karena semua ini adalah keturunan dari Omicron asli. Jadi, masih akan ada tingkat perlindungan di sana."
Varian dengan model hibrida atau rekombinan seperti yang terjadi saat ini pada XEC sendiri bukanlah hal baru, karena pada tahun 2023, kasus Covid didominasi oleh varian rekombinan yang dikenal dengan nama XBB, menurut laporan dari situs The Conversation.
BAYU MENTARI